Jakarta, aktual.com – BBC News menulis laporan terbarunya soal nasib pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di sektor perkebunan di Inggris. Sebagian besar dari mereka, mengaku harus berutang dan membayar biaya penempatan yang terlampau besar (overcharging) untuk dapat bekerja di sana.
Seorang PMI bernama Gede Suardika Widi Adnyana mengaku terpaksa berutang dan membayar sebesar Rp 70 juta supaya dapat bekerja di Inggris. Angka tersebut meliputi sejumlah komponen biaya yang dibayarkannya kepada Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) yang bernama PT Al Zubara Manpower Indonesia (Al Zubara).
“Biaya saya Rp70 juta, harus dibayar ke agency, ada penyalur, untuk menyambung ke agency. Dibilangnya sih untuk biaya visa, sidik jari, KTKLN [Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri] dan tiket pesawat bolak balik,” kata Suardika di perkebunan Clock House di Inggris, Kamis (22/9) kemarin.
Meskipun demikian, pemuda Bali ini mengaku tak pernah mendapatkan materi pelatihan atau training pemetikan buah untuk mendukung keterampilannya saat bekerja di Inggris. Padahal komponen biaya tersebut muncul dalam pembiayaan penempatan ke Inggris. Suardika justru belajar memetik buah secara otodidak langsung di perkebunan di Inggris.
“Training pemetikan buah tak ada,” jelas dia.
Tak ayal, Gede Suardika akhirnya mengeluhkan biaya yang begitu besar yang dikutip Al Zubara. Walaupun nominal gaji yang diterima di Inggris mungkin dapat menutupi biaya utang pemberangkatan, namun dirinya mengaku tak punya pilihan untuk berutang agar dapat bekerja di Inggris.
“Di Indonesia cari uang susah, dan kita ditarik biaya lumayan besar. Kalau kerjanya, seminggu sudah dapat chemistry kerja,” tutur dia.
Tak jauh berbeda, Ozzy Agista Indrawan juga mengaku memberi pengakuan yang nyaris sama. Ozzy yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah mengatakan teman-temannya juga harus membayar biaya keberangkatan yang sangat tinggi alias overcharging. Saat ini, mereka pun akhirnya mengaku kesulitan untuk menutupi utang tersebut.
“Yang sudah berkeluarga, cukup berat untuk membayar harga itu (Rp65 juta), tapi yang belum berkeluarga bisa nabung untuk menutupi pembayaran itu. Dari sekitar dua atau tiga bulan, bisa menutup uang pemberangkatan,” jelas dia.
Ozzy bahkan mengatakan ada sejumlah rekannya yang harus membayar biaya penempatan hingga Rp 90 juta. Besaran angka tersebut harus dikeluarkan karena upaya pemberangkatannya terindikasi melibatkan calo.
“Yang kena calo dan ada yang bahkan bayar sampai Rp75 juta. Bahkan sampai Rp90 juta,” tutur dia.
Menurut temuan BBC, setidaknya ada 20 PMI yang bekerja musiman di Inggris, yang mengaku harus membayar biaya penempatan yang tinggi sekitar Rp 60 – 80 juta. Mereka mengaku dengan bekerja sekitar 10 jam sehari, penghasilan yang didapat nantinya cukup untuk menutup utang biaya pemberangkatan.
Artikel ini ditulis oleh:
Megel Jekson