Kilang Minyak
Ilustrasi - Kilang Minyak

Jakarta, Aktual.com – Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis (29/9) sore, setelah naik lebih dari tiga dolar AS di sesi sebelumnya, karena dolar yang kuat membatasi permintaan minyak dan kekhawatiran atas prospek ekonomi global yang goyah mengaburkan sentimen pasar.

Harga minyak mentah berjangka Brent merosot 91 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 88,41 dolar AS per barel pada pukul 06.29 GMT. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 80 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 81,33 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan telah rebound dalam dua sesi sebelumnya, setelah mencapai posisi terendah sembilan bulan minggu ini, menyusul penurunan sementara indeks dolar dan penarikan persediaan bahan bakar AS yang lebih besar dari perkiraan meningkatkan harapan pemulihan permintaan konsumen.

Namun indeks dolar cenderung naik lagi pada Kamis, mengurangi selera risiko investor dan memicu kekhawatiran resesi global.

Bank sentral Inggris (BoE) mengatakan pihaknya berkomitmen untuk membeli sebanyak mungkin obligasi pemerintah jangka panjang, yang dikenal sebagai gilt, yang diperlukan antara Rabu (28/9/2022) hingga 14 Oktober untuk menstabilkan mata uangnya setelah rencana anggaran pemerintah Inggris yang diumumkan pekan lalu menyebabkan sterling jatuh.

Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak 2023 pada Selasa (27/9/2022), mengutip ekspektasi permintaan yang lebih lemah dan dolar AS yang lebih kuat, tetapi mengatakan kekecewaan pasokan global memperkuat prospek bullish jangka panjangnya.

Di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, perjalanan selama liburan nasional selama seminggu yang akan datang akan mencapai level terendah dalam beberapa tahun karena aturan nol-COVID Beijing yang gigih mendorong orang untuk tinggal di rumah dan kesulitan ekonomi mengurangi pengeluaran.

Ekonom Citi telah menurunkan perkiraan PDB China mereka dari pertumbuhan tahun-ke-tahun 5,0 persen menjadi 4,6 persen untuk kuartal keempat tahun ini.

“Langkah-langkah ketat nol-COVID dan sektor properti yang lemah terus mempersuram prospek pertumbuhan,” tulis analis Citi dalam sebuah catatan pada Rabu (28/9/2022).

Di sisi lain, Uni Eropa mengusulkan babak baru sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, termasuk pembatasan perdagangan yang lebih ketat, daftar hitam individu yang lebih banyak, dan batasan harga minyak untuk negara ketiga.

Tetapi 27 negara anggota blok itu perlu mengatasi perbedaan mereka sendiri untuk menerapkannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra