Jakarta, Aktual.co — Kesenian Barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan. Pada masa kolonial, para imigran Tiongkok yang datang ke Indonesia sudah cukup mapan untuk mengadakan acara pertunjukan Barongsai.

Pada masa itu, Barongsai menjadi bagian dari kegiatan di Kelenteng-kelenteng yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

Kelenteng Dhanagun (Bogor), misalnya, didirikan pada abad ke-18 dan  memiliki kelompok pemain barongsai. Saat itu pertunjukkan Barongsai masih erat kaitannya dengan tradisi dan upacara keagamaan.

Tradisi Barongsai masuk ke Indonesia diperkirakan datang bersama para imigran  Tiongkok yang berasal dari Provinsi Guangdong, sebagai terlihat dari bentuk barongsai yang ada di Indonesia.

Tarian Singa terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat.

Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.

Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah ‘Lay See’. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.

Artikel ini ditulis oleh: