Jakarta, Aktual.co — Bioteknologi (biotek) memiliki dampak jangka panjang bagi lingkungan dan ekonomi. Berdasarkan data International Service for the Acquisition of Agri-Biotech Application (ISAAA), pertumbuhan pendapatan dari seluruh negara yang menerapkan budidaya tanaman biotek meningkat sebesar USD78,4 triliun untuk periode 1996-2014.
“Karena tanaman biotek tersebut memiliki sifat unggul, seperti toleransi kekeringan, ketahanan terhadap serangga dan penyakit, toleransi terhadap hebrisida, serta penigkatan nutrisi dan kualitas pangan.” ujar Pendiri ISAAA, Clive James di Kementerian Pertanian Jakarta, Rabu (11/2).
Di Indonesia, komersialisasi tanaman biotek baru akan dimulai pada tahun ini. Komoditas jagung dan tebu biotek dipilih untuk mulai dikembangkan sebagai komoditi ketahanan pangan Indonesia.
“Sekarang komoditi yang akan dibudidayakan itu masih dalam proses adaptasi di lapang, jadi harapan kami supaya Presiden Jokowi cepat mengawal biotek ini,” ujar Direktur Indonesian Biotechnology Informastion Centre (IndBIC), Bambang Purwantara.
Sementara di negara Asia lainnya, sekitar 7 juta petani di Tiongkok yang membudidayakan kapas biotek memperoleh pendapatan pada 2014 sebesar USD284 per hektar (ha) lahan, atau USD16,2 miliar sejak introduksi tahun 1996.
“Selain Tiongkok, petani India yang membudidayakan kapas biotek juga mendapatkan keuntungan USD89 per ha lahan, atau USD2,1 miliar sejak 1996,” pungkas James.
Artikel ini ditulis oleh:

















