Bali, Aktual.com – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) RI Sakti Wahyu Trenggono mengingatkan pentingnya kesadaran bersama untuk menjaga laut secara berkelanjutan saat meluncurkan program “Arnawa Maha Amreta, Laut Sumber Kehidupan” di Pura Payogan Agung, Desa Adat Ketewel Gianyar, Bali.

“Sejarah peradaban Bali adalah sejarah peradaban air, dengan laut yang termasuk di dalamnya. Laut merupakan sumber mata pencaharian sekaligus penyumbang oksigen bagi kita, karena itu perlu kita jaga dan kelola dengan baik,” kata Trenggono dalam sambutannya sebagaimana keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (6/11).

Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Ari Dwipayana pun mengingatkan pentingnya menjaga ekosistem pesisir. Di mana, menurutnya pesisir menjadi bagian yang sangat penting untuk dimitigasi di tengah ancaman krisis iklim.

Pria yang menjabat sebagai Koordinator Staf Khusus Presiden (SKP) itu kemudian menjelaskan bahwa ekosistem pesisir mampu menyerap karbon yang tidak kalah besar dibandingkan hutan.

“Sekitar 50 sampai dengan 99 persen karbon yang diserap ekosistem pesisir, akan disimpan dalam kedalaman enam meter di bawah permukaan tanah, hingga ribuan tahun. Mengingat peran pentingnya tersebut, ekosistem pesisir bisa menjadi solusi adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim,” tuturnya.

Pria bernama lengkap Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana itu lantas memaparkan ada tiga program besar yang akan dilaksanakan selama sepekan mulai dari 6 hingga 12 November mendatang.

“Pertama, Jaladhi Prakreti. Meliputi seminar dan pameran jejak pelabuhan kuno di Ketewel dan kearifan bahari masyarakat Bali, ‘mareresik’ dan ‘tandur taru urip’ di pesisir pantai Desa Ketewel, serta pengelolaan sampah plastik dan pengolahan sampah organik,” katanya.

Program kedua, kata Ari, ialah Guna Gina Bendega yang meliputi lomba masak kuliner bahari, bimbingan teknis (bimtek) keterampilan nelayan dan pelatihan pengembangan usaha olahan ikan.

“Dan yang ketiga, Ghurnita Samudra Murti, pertunjukan Orchestra Semesta, alunan melodi dan musik yang merespon semesta. Kolaborasi budaya sebagai peruwatan kesadaran untuk menjaga kesucian air dan laut,” ujarnya pula.

Dalam peluncuran program yang dilanjutkan dengan seminar “Jejak Pelabuhan Kuno di Ketewel dan Kearifan Bahari Masyarakat Bali” itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbudristek RI Hilmar Farid turut hadir dan memberikan pidato kunci.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
A. Hilmi