Kilang Minyak. (Foto: Ilustrasi/Ist)

Jakarta, Aktual.com – Harga minyak relatif stabil di awal perdagangan Asia pada Rabu (9/11) pagi, setelah merosot sekitar tiga persen pada sesi sebelumnya di tengah kekhawatiran tentang permintaan yang terhenti karena potensi penguncian baru di importir minyak utama China seiring rebound-nya kasus COVID-19.

Minyak mentah berjangka Brent sedikit menguat 2 sen menjadi diperdagangkan di 95,38 dolar AS per barel pada pukul 01.26 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun tipis 4 sen menjadi diperdagangkan di 88,87 dolar AS per barel.

Analis mengatakan sentimen pasar tetap terpecah antara kekhawatiran tentang resesi yang memukul permintaan, sementara pasokan tetap ketat karena larangan Eropa terhadap minyak mentah Rusia dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, atau OPEC+, memangkas produksi.

“Kecuali Anda berpikir kita sedang menuju ke dalam resesi yang dalam, saya memperkirakan setiap kelemahan pasar akan berumur pendek,” kata ekonom senior Westpac, Justin Smirk.

Data industri yang menunjukkan peningkatan lebih besar dari perkiraan dalam stok minyak mentah AS membatasi kenaikan pada Rabu.

Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 5,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 4 November, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API).

Sebagai perbandingan, tujuh analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata bahwa persediaan minyak mentah naik sekitar 1,4 juta barel.

Pekan lalu pasar berpegang pada harapan bahwa China mungkin bergerak menuju pelonggaran pembatasan COVID, tetapi selama akhir pekan pejabat kesehatan mengatakan mereka akan tetap berpegang pada pendekatan “pembersihan dinamis” mereka terhadap infeksi baru.

“Dengan narasi (pembukaan kembali China) yang didorong kembali, ditambah dengan peningkatan yang cukup besar pada data persediaan AS, menyiratkan permintaan AS yang meredup, kru resesi kembali dengan kekuatan penuh pagi ini di Asia,” kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.

Dalam tanda bearish lainnya, data API menunjukkan persediaan bensin naik sekitar 2,6 juta barel, terhadap perkiraan analis untuk penarikan 1,1 juta.

Pasar akan menunggu data persediaan resmi AS dari Badan Informasi Energi (EIA) yang akan dirilis pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat (15.30 GMT) untuk pandangan lebih lanjut tentang permintaan di ekonomi terbesar dunia itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra