Jakarta, Aktual.co —Kabar yang menyebut ada bakteri di pakaian bekas impor yang dijual di Indonesia, kembali menuai bantahan keras dari pihak pedagang.
Salah satunya, Aras, pedagang pakaian bekas impor di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara).
Ditegaskannya, sejak pakaian bekas impor mulai diminati masyarakat setempat sejak tahun 90-an, belum pernah sekalipun ada laporan pembeli mengeluh sakit usai memakai pakaian yang dijualnya.
Mengenai kabar yang menyebut ada temuan bakteri dan jamur berbahaya yang mematikan di pakaian bekas impor, dikatakan dia, tidak mempengaruhi minat masyarakat di Nunukan.
“Memang sering diberitakan di televisi soal bakteri dan jamur yang ditemukan di pakaian bekas impor. Tapi saya lihat tidak mempengaruhi minat masyarakat untuk membeli pakaian bekas impor,” ujar Aras, di Nunukan, Minggu (8/2).
Meski diakuinya, bisa jadi di antara pakaian yang diimpor dari Malaysia itu ada yang mengandung bakteri dan jamur. Hanya saja, kata Aras, selama ini belum pernah mendapatkan atau mendengarkan adanya “pencinta” pakaian bekas impor yang mengeluhkan berdampak pada kesehatannya.
“Selama ini belum pernah mendapatkan laporan atau mendengar informasi adanya masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan akibat sering mengenakan pakaian bekas impor,” jelas dia.
Sama halnya dengan H.Ramli, pedagang pakaian bekas lainnya di pusat grosir pakaian bekas impor atau lebih dikenal masyarakat setempat sebagai pakaian cakar (cap karung).
Pedagang yang satu ini mengungkapkan, masalah adanya dugaan pakaian bekas impor yang banyak diperjualbelikan di daerah itu belum berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.
Ia mengatakan, selama ini masih mampu meraup hasil pejualan hingga Rp1 juta per hari dengan berjualan jaket levis dan celana panjang training bekas impor.
H Ramli menduga, bakteri dan jamur yang ditemukan itu pada pakaian wanita seperti celana dalam dan BH yang memang sangat meragukan karena dipastikan pengguna pertama di luar negeri pernah mengenakannya berkeringat.
Adanya kecurigaan bakteri dan jamur itu berkembang saat dalam karung, kedua pedagang ini mengatakan, kecil kemungkinan terjadi karena telah disemprot dengan bahan pengawet sebelum dikarungkan.
Artikel ini ditulis oleh:

















