Hirmen menyebutkan, pada awal Desember 2022 mendatang, 26 negara anggota Western Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC) akan bertemu untuk bernegosiasi tentang strategi tangkap atau harvest strategy dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penangkapan berlebih stok tuna di WCPO.
“Kegagalan untuk menyepakati strategi tangkap tidak hanya akan mengancam keberlanjutan stok tuna dalam jangka panjang, tetapi juga akan mempertaruhkan sertifikasi MSC untuk 33 perikanan WCPO, yang merupakan 85 persen dari semua tuna bersertifikat MSC,” kata Hirmen.
Menurutnya, perikanan ini, yang mencakup cakalang, tuna sirip kuning dan tuna mata besar di WCPO dan tuna albakor di Pasifik Selatan, dikelola oleh 26 negara anggota WCPFC, yang berbagi stok.
Strategi tangkap, kata Hirmen, berperan besar dalam memastikan bahwa stok dikelola secara berkelanjutan. Hal itu sangat penting untuk stok seperti tuna, yang bermigrasi melintasi jarak sangat jauh dan dibutuhkan oleh banyak negara.
Strategi tangkap termasuk menetapkan aturan kendali tangkap yang harus diikuti jika stok menurun, sebagai “jaring pengaman”. Namun, menetapkan aturan ini bisa menjadi tantangan karena harus disetujui oleh semua negara yang berbagi stok.
Hirmen menjelaskan, meskipun stok tuna di WCPO saat ini tergolong masih baik, WCPFC harus setuju untuk menerapkan strategi tangkap pada pertemuan tahunan Desember mendatang.
Pertemuan yang akan diadakan antara 27 November dan 3 Desember 2022 ini merupakan peristiwa krusial untuk memastikan kelanjutan sertifikasi semua tuna WCPO.
“Jika kemajuan tidak dapat tercapai, akan ada risiko penangguhan sertifikat MSC bagi perikanan tuna di kawasan WCPO,” ujar Hirmen.
Menurutnya, perikanan tidak hanya akan gagal memenuhi persyaratan sertifikasi yang membutuhkan aturan kendali tangkap pada Juni 2023, melainkan juga kurangnya kemajuan menuju perwujudan strategi tangkap yang meruntuhkan alasan untuk mensertifikasi semua perikanan tuna WCPO.
“Kegagalan untuk menerapkan strategi tangkap akan mengancam kesehatan stok dalam jangka panjang dan menggagalkan kemajuan yang dicapai oleh perikanan WCPO, yang telah bekerja keras untuk meningkatkan keberlanjutannya dan memenuhi Standar Perikanan MSC,” paparnya.
Hirmen mengatakan, sertifikasi MSC tidak hanya menunjukkan stok yang produktif dan sehat, tetapi memastikan perikanan dikelola dengan baik dan berkomitmen untuk mengurangi dampaknya terhadap ekosistem laut.
Hal ini termasuk memastikan perikanan tidak terlibat dalam praktik berdampak seperti pengambilan sirip hiu serta praktik perikanan tidak berdampak pada pemulihan spesies yang terancam punah dan dilindungi.
“Hilangnya sertifikasi MSC juga berarti hilangnya penilaian dan audit independen yang memastikan bahwa perikanan bersertifikat terus memenuhi Standar MSC dan memberikan kemajuan,” sebut Hirmen.
Ia menjelaskan, MSC bersama ritel terkemuka, perusahaan tuna, industri perikanan dan NGO di seluruh dunia, telah lama menyerukan kepada WCPFC untuk mencapai kesepakatan tentang strategi tangkap dan menjaga kesehatan stok penting ini dalam jangka panjang.
Koalisi NGO tuna saat ini mendorong perusahaan rantai pasok untuk menulis surat dukungan kepada WCPFC yang menuntut agar adopsi dan implementasi strategi tangkap dipercepat. “Kami mendorong mitra untuk bergabung dalam ajakan bertindak bersama ini dan mendesak semua anggota WCPFC untuk mendukung kedua langkah pengelolaan konservasi yang diusulkan demi strategi tangkap pada pertemuan tahunan di bulan Desember 2022,” tutur Hirmen.
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin