Sejumlah kendaraan melewati genangan air yang membanjiri Jalan Kaligawe Semarang, Jateng, Senin (4/1). Air yang menggenang akibat hujan deras yang mengguyur Kota Semarang pada Minggu (3/1) malam hingga Senin (4/1) dini hari menyebabkan lalu lintas di salah satu jalur utama pantura tersebut tersendat. ANTARA FOTO/R. Rekotomo/nz/16.

Semarang, Aktual.comGubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta Pemkab Pati segera membangun kolam retensi dan polder untuk mencegah banjir khususnya di Kecamatan Juwana.

“Penanganan teknis seperti pembuatan polder, kolam retensi, rumah pompa dan tanggul di Juwana harus segera dilakukan tahun ini. Pati ini ada beberapa karakteristik daerah yang memang cekungan,” kata Ganjar saat mengecek penanganan banjir di Kabupaten Pati dikutip, Kamis (12/1).

Banjir yang terjadi di Desa Doropayung, Kecamatan Juwana, merupakan salah satu contoh banjir musiman yang sering dihadapi warga, bahkan pada tahun 2014 terjadi banjir besar di daerah itu.

Selain daerah itu, masih ada sejumlah area lain di wilayah Kabupaten Pati yang juga menjadi langganan banjir saat musim hujan.

Dirinya mengaku sudah meminta Bupati Pati, camat, kades dan Kementerian PUPR untuk membantu memetakan daerah-daerah rawan banjir itu.

Ganjar bahkan sudah berkomunikasi langsung dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono terkait banjir di Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus yang berkaitan.

“Di area cekungan memang harus dengan reengineering, teknik, apakah ditanggul, tadi usulannya dibuat polder, terus kemudian dipompa. Jadi kolam-kolam retensinya dibuat. Nah Pati harus punya itu, kalau tidak ini banjir. Ketika melihat masyarakat seperti itu ya teknis penanganannya tidak boleh lama, 2023 ini mesti ditangani,” ujarnya.

Teknis penanganan itu, lanjut Ganjar, akan dikerjakan bersama antara Pemprov Jawa Tengah, Pemkab Pati, Kementerian PUPR dan Balai Besar Wilayah Sungai.

“Tugas kami dari pemerintah adalah mencarikan sumber anggarannya. Nah secara teknis nanti saya minta PUPR untuk mendesain area-areanya, titik-titiknya, nanti kerja sama dengan BBWS. Biar kami memfasilitasi dari provinsi sehingga ini mesti diselesaikan secara lebih komprehensif,” katanya.

Menurut dia, penanganan yang saat ini sudah terlihat dan cukup efektif mengurangi dampak luapan Sungai Silugonggo adalah pembangunan jalan atau jalur evakuasi yang sekaligus berfungsi sebagai tanggul dengan menggunakan Dana Desa.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu