Jakarta, aktual.com – Bendahara Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hilman Latief menjelaskan salah satu manfaat ekonomi ada dalam tafsir QS Al Hajj ayat 27 sampai 28. Hilman pun mengungkap dalam hitungan ekonomi, sekali pelaksanaan ibadah haji menghabiskan anggaran sebanyak Rp 20 triliun.
Oleh karena itu, dirinya pun mendorong Muhammadiyah untuk ikut dalam pembangunan pengelolaan atau ekosistem ekonomi ibadah haji. Dalam hematnya, jumlah biaya yang digunakan sebanyak itu harusnya juga bisa memiliki dampak ke dalam negeri.
Misalnya, ungkap dia, bahan makanan yang dikonsumsi oleh jamaah haji Indonesia. Selama ini makanan diekspor bukan dari Indonesia, melainkan dari negara tetangga. Seperti beras dan sayuran dari Thailand, ikan dari Vietnam, pisang dan buah-buah lain dari Amerika Latin.
“Ayamnya yang kita makan itu, semuanya dari Amerika Latin, Brazil. Dagingnya dari Eropa dan lain sebagainya. Kita tidak membawa apa-apa,” ungkap Hilman di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu (21/1) kemarin.
Menurutnya, kelemahan Indonesia dalam konstruksi ekonomi ibadah haji adalah hanya mengambil posisi sebagai pembeli atau yang berbelanja. Maka penting bagi muslim Indonesia ke depan untuk ikut menyusun sistem ekonomi haji. Sebab Indonesia bisa mengusahakan untuk menciptakan sistem pendanaan haji yang berkelanjutan dari potensi ekonomi tersebut.
“Mudah-mudahan ke depan invesatsi kita itu agak kelihatan. Belajar dari situ, kami juga ingin mengembangkan sistem pendanan Persyarikatan Muhammadiyah yang berkelanjutan,” imbuhnya.
Terkait dengan posisi jamaah haji asal Indonesia, Hilman membeberkan bahwa jamaah haji asal Indonesia merupakan delegasi yang terbesar jumlahnya di seluruh dunia. Secara bersamaan posisinya sekaligus sebagai konsumen terbesar di dunia.
“Kita belum punya ekosistem yang baik untuk men-support bahkan untuk kebutuhan jamaah haji sendiri,” ujarnya seperti dikutip dari situs Muhammadiyah.
Hilman pun menyarankan Muhammadiyah untuk memiliki travel agen haji dan umroh lantaran basis jamaahnya yang besar.
“Pembimbingnya banyak, tetapi perusahaannya tidak ada. Semoga ini (PW Muhammadiyah) Jakarta bisa menginisiasi. Dan di seluruh Indonesia ini, kita (Muhammadiyah) belum punya PIHK, Penyelenggara Ibadah Haji Khusus,” tutup dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Megel Jekson