Jakarta, Aktual.co —Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ikut berkomentar atas kontroversi kalimat di iklan robot pembersih lantai di Malaysia yang bernada mengejek Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Di mana di kalimat itu tertulis ‘Fire Your Indonesia Maid Now!’.
Sontak kaget saat diminta pendapatnya mengenai kalimat di iklan tersebut, Ahok mengatakan kalimat tersebut tidak pantas. “Nggak boleh ngomong pecat gitu dong. ‘Fire your Indonesian maid’ itu kurang ajar banget,” kata Ahok, di Balai Kota (4/2).
Namun dia tak mau berpanjang-panjang meneruskan komentar kesalnya. Dia menyerahkan Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk mengurus kasus tersebut. 
Sebelumnya, kecaman atas kalimat di iklan tersebut juga dilontarkan politisi PDI-P Rieke Diah Pitaloka. Lebih jauh ketimbang Ahok, Rieke menilai iklan tersebut mengandung muatan kebencian, perendahan, dan penghinaan terhadap Indonesia. Dengan kata lain, di kalimat tersebut mengandung unsur rasial yang tidak bisa dibenarkan dalam etika tata pergaulan internasional, dan berpotensi mengusik nilai-nilai kesepakatan HAM internasional.
“Ini kedua kali iklan semodel dilansir di Malaysia. Menyamakan PRT asal Indonesia tak ubahnya sebagai barang yang bisa diperlakukan semaunya,” kata Rieke, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/2).
Rieke meminta pemerintah Malaysia untuk menyelesaikan setiap persoalan secara adil dan untuk kedua belah pihak saling memberi otokritik. Selain itu, perlakukan hukum yang sama terhadap Warga Indonesia yang ada di Malaysia dan tak melakukan diskriminasi hak sebagai pekerja.
“Pemerintah Malaysia pasti mahfum tentang adab pergaulan antar bangsa, model iklan seperti itu bukan solusi, tak bisa dimaklumi sekedar strategi bisnis belaka. Saya mendesak pemerintah Malaysia menghentikan iklan tersebut dan pemilik produk meminta maaf terhadap Indonesia sebagai sebuah bangsa!” kata dia.
Dia berharap pemerintah Indonesia segera membuat respon diplomatik dan teguran keras. Hal seperti ini tak boleh terulang lagi dalam hubungan Indonesia-Malaysia. Peristiwa ini juga dijadikan cambuk pemerintah untuk segera merevolusi mental roadmap ketenagakerjaan. 

Artikel ini ditulis oleh: