Banda Aceh, Aktual.co — Kelima terduga misionaris itu yakni AP (30) warga Aceh Selatan, NH (20) warga Banda Aceh, RH (22) asal Aceh Besar, CC (23) asal Simeulu, dan VV (20) asal Aceh Barat.

Informasi yang diperoleh Aktual.co menyebutkan, awalnya sekitar pukul 10.00 WIB, AP datang seorang diri masuk ke kantor DPRK Bireuen membawa beberapa buku berjudul ‘My First Encyclopedia’ yang sampulnya bergambarkan bola dunia, miniatur pesawat (antariksa), mobil (dunia kita), harimau (satwa), dan gunung meletus (planet bumi) serta gambar kartun manusia (masa lalu). Di dalam buku tersebut dilengkapi lebih dari 200 ilustrasi dan keterangan.

AP lalu menawarkan buku itu ke sejumlah pegawai negeri di kantor tersebut. Salah seorang pegawai jeli dan melihat isi buku itu berlambang salib.

Setelah itu, para pegawai tersebut melaporkan ke beberapa anggota DPRK Bireuen. Penjual buku itu pun di bawa ke ruang rapat DPRK setempat, dan dalam keterangannya AP mengaku menjual buku itu bersama temannya.

Setelah itu, anggota dewan meminta dia menghubungi rekannya agar datang ke DPRK Bireuen. Lalu satu persatu kelima sales buku tersebut dimintai keterangan oleh empat anggota dewan yaitu Yusriadi, Faisal Hasballah, Rusyidi Mukhtar dan Zulkifli.

“Pengakuan AP, buku yang diduga berisi pendangkalan aqidah itu sudah beredar di Aceh sebanyak 1.500 buah buku, 1.000 buku sudah tersebar di Banda Aceh dan 500 buku di Sigli, sedangkan di Bireuen hanya dibawah sebanyak 200 buku,” kata Yusriadi yang juga sekretaris komisi C DPRK Bireuen mengutip keterangan Adha Purnama dan kawan-kawan.

Kepala Satpol PP dan WH Bireuen, Fakhrurrazi menyebutkan pihaknya masih mendalami isi buku yang ditemukan pada lima penjual buku itu.

“Mereka kita amankan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita terus dalami kasus ini,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh: