Kilang Minyak Blok Andama
Kilang Minyak Blok Andama

Jakarta, Aktual.com – Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Kamis sore (1/6) membalikkan kerugian awal karena potensi jeda dalam kenaikan suku bunga Amerika , dan lolosnya RUU plafon utang dalam pemungutan suara penting memperbaharui optimisme tentang pertumbuhan permintaan bahan bakar lebih lanjut di konsumen minyak terbesar di dunia.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terangkat 32 sen atau 0,44 persen, menjadi diperdagangkan di 72,92 dolar AS per barel pada pukul 05.18 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli naik 25 sen atau 0,37 persen, menjadi diperdagangkan di 68,34 dolar AS per barel.

Pejabat Federal Reserve AS pada Rabu (31/5/2023) menunjuk ke arah potensi “melewati” kenaikan suku bunga pada Juni yang membalikkan ekspektasi pasar atas kenaikan yang akan segera terjadi yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan melemahkan permintaan minyak.

Selain itu, pengesahan RUU dari Dewan Perwakilan Rakyat AS yang menangguhkan plafon utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS meningkatkan peluang untuk mencegah gagal bayar pemerintah yang membawa bencana.

Kedua harga acuan telah turun tajam di sesi sebelumnya, dengan Brent merosot 5,6 persen dan WTI anjlok 6,3 persen pada penutupan Rabu (31/5/2023), dari Jumat lalu (26/5/2023).

“Pasar minyak mungkin telah oversold dalam dua hari perdagangan terakhir karena data China yang lesu dan kekhawatiran plafon utang. Sentimen rebound di tengah pengesahan RUU utang di DPR, dan sinyal jeda kenaikan suku bunga Fed juga menawarkan peluang rebound, kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets di Auckland.

Indikasi permintaan dari China, importir minyak terbesar dunia, agak beragam minggu ini.

Data resmi pemerintah pada Rabu (31/5/2023) melaporkan aktivitas pabrik mengalami kontraksi pada Mei ke level terendah dalam lima bulan, sementara aktivitas sektor jasa-jasa berkembang pada kecepatan paling lambat dalam empat bulan.

Namun, indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur Caixin/S&P Global China pada Kamis menunjukkan kenaikan menjadi 50,9 pada Mei dari 49,5 pada April, meredakan kekhawatiran tentang permintaan industri China.

Harga minyak juga berjuang untuk mengatasi faktor sisi penawaran yang bearish.

Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 5,2 juta barel pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API), Rabu (31/5/2023).

Persediaan bensin juga membukukan kenaikan sekitar 1,9 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan naik 1,8 juta barel, menurut data API.

Pelaku pasar sedang menunggu data pemerintah tentang stok minyak mentah AS yang akan dirilis Kamis nanti. Data tertunda satu hari karena hari libur AS awal pekan ini.

Investor juga mengamati pertemuan OPEC+ pada 4 Juni mendatang, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, setelah sinyal beragam sejauh ini mengenai kemungkinan pemotongan lebih lanjut.

Analis di HSBC dan Goldman Sachs mengatakan mereka tidak memperkirakan OPEC+ untuk mengumumkan pemotongan lebih lanjut pada pertemuan ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra