Warga menumpang truk bermuatan batu untuk membawa jeriken berisi air yang diambil dari sumber mata air di desa Sanleo, Kobalima, Malaka, NTT, Jumat (10/10). Akibat musim kemarau yang berkepanjangan warga harus mencari sumber air sejauh tiga kilometer dari desa asalnya. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/1pd/5

Jakarta, Aktual.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat agar mewaspadai bencana hidrometeorologi kering pada tiga bulan mendatang, yakni Juni, Juli, dan Agustus.

Tiga bulan itu diprakirakan menuju puncak musim kering tahun 2023.

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Kebencanaan BNBP Abdul Muhari, mengatakan bencana hidrometeorologi kering sudah mendominasi meski jumlahnya masih fluktuatif.

Tercatat hingga Senin (5/6), Indonesia telah dilanda sekitar 1.300 kejadian bencana dan titik panas atau hotspot muncul dari daerah-daerah yang terdapat kejadian paling banyak di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi.

Namun, Abdul menjelaskan bahwa musim kemarau pada tahun ini berbeda sebab dalam tiga tahun terakhir Indonesia pada periode basah yang dipengaruhi La Nina pembawa awan hujan.

Sehingga rata-rata di setiap bulan Indonesia tidak pernah benar-benar mengalami kekeringan atau suhu yang relatif tinggi.

Kebakaran hutan pun relatif, kalaupun terjadi itu akan cepat padam, karena faktor alam mendukung untuk percepatan pemadaman api.

“Tapi, kalau di kita lihat di sini dalam lima bulan berjalan tahun 2033 itu kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sudah terjadi 125 kali. Artinya, seperti pada awal tahun sudah disampaikan oleh BMKG, diulang kembali berkali-kali oleh bahkan bapak Presiden sendiri, bahwa mulai 2023 ini kita akan ada pada periode kering,” kata dia, Rabu (7/6).

Abdul mengatakan prediksi bencana hidrometeorologi kering akan terjadi pada 2-3 tahun ke depan sehingga diperlukan kewaspadaan agar tidak ada kejadian karhutla yang mencolok seperti pada tahun 2015 dan 2019.

“Jangan sampai nanti kalau kita tidak bersiap siaga karhutla dari sekarang. Kita tentu harus benar-benar mengantisipasi potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” ujar Abdul.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu