Pertunjukan Bedug Kerok di Banten yang didukung oleh Gardu Ganjar telah mencetak rekor MURI dan menjadi sorotan dalam dunia seni budaya tradisional.
Pertunjukan Bedug Kerok di Banten yang didukung oleh Gardu Ganjar telah mencetak rekor MURI dan menjadi sorotan dalam dunia seni budaya tradisional.

Serang, Aktual.com – Lewat dukungan Gardu Ganjar, pertunjukan seni Bedug Kerok berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).

Kegiatan di Kampung Seni Yudha Asri, Desa Mander, Kecamatan Bandung, Serang, Banten ini sebanyak 1.110 orang ikut andil dalam pertunjukan.

“Jumlah peserta telah terverifikasi dan penampilannya juga telah terverifikasi,” kata Shri Yogi Lestari, perwakilan dari MURI, Minggu (3/7).

Dia menambahkan pertunjukan ini telah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan sertifikat atau penghargaan dari Museum Rekor Indonesia.

Dalam pertunjukan ini, terdapat 1.001 pemain kentongan, atau sebutannya kohkol oleh masyarakat setempat. Selain itu, ada 100 pemain bedug dan sembilan pemain instrumen musik lainnya.

Ide untuk mendaftarkan pertunjukan Bedug Kerok ke MURI berasal dari inisiatif Pembina Paguyuban Seni Budaya Tradisional (Pasentra) Abah Elang Mangkubumi, yang juga menjabat sebagai Penasehat Gardu Ganjar.

Setelah menyaksikan pertunjukan Bedug Kerok, Shri mengaku terkesan dengan penampilan seni dan suasana kampung yang ramai.

“MURI sangat menghargai karena karya seni di Kampung Seni Yudha Asri ini ada semangat gotong royong dan kebersamaan,” kata Shri.

Menurutnya, kampung dengan latar belakang masyarakat yang sangat erat dengan seni budaya tradisional seperti di Kampung Seni Yudha Asri sudah jarang.

“Berkat perhatian dari Abah Elang, saya hadir di sini hari ini. Ternyata cocok dengan budaya, citarasa, dan jiwa. Energinya bagus,” tambah Shri.

Sementara itu, Abah Elang menegaskan tujuannya mengusulkan Bedug Kerok ke MURI untuk melestarikannya, sesuai komitmen Ganjar Pranowo, yang juga menjabat Dewan Kehormatan Pasentra.

“Kami mengusulkan Bedug Kerok ini kepada MURI untuk mendapatkan penghargaan, dan Insya Allah, pada hari Selasa atau Rabu (4-5 Juli 2023), penghargaan tersebut akan ada di Gedung MURI,” ujarnya.

Abah Elang juga menceritakan sejarah pembuatan kesenian Bedug Kerok sarat dengan nilai-nilai positif seperti harapan dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kesenian ini lahir pada masa peralihan dari Orde Baru ke Reformasi, yang saat itu situasi tidak menentu di masyarakat Indonesia.

“Bedug Kerok ini bermula dari tahun 1997-1998, ketika situasi politik Indonesia sedang tidak menentu,” tutur Abah.

Seperti kita ketahui gerakan reformasi berhasil menggulingkan orde baru, pada situasi tersebut masyarakat Indonesia merasa bingung.

Para pegiat seni Pasentra menciptakan musik tradisional kontemporer menggambarkan kondisi masyarakat, dengan harapan keadaan bangsa dan negara akan membaik.

“Tujuan dari Bedug Kerok selalu untuk berdoa kepada Allah memohon yang terbaik untuk bangsa dan negara,” tegas Abah Elang.

Pertunjukan Bedug Kerok dalam acara ini berlangsung meriah dan megah, di mana para pemusik memainkan alat musik masing-masing dari berbagai sudut di sekitar panggung.

Setelah aba-aba dari pemusik di atas panggung, pemukul bedug dan kentongan pun berkumpul di depan panggung, membuat penonton terpesona.

Meskipun melibatkan banyak pemain, pertunjukan tetap terdengar harmonis dengan perpaduan bunyi bedug berpadu dengan kentongan dan alat musik lainnya.

Selain memainkan alat musik, para pemain juga menampilkan gerakan bersama yang mengikuti irama, sehingga membangkitkan semangat penonton di lokasi acara.

Pertunjukan ini merupakan bagian dari kegiatan budaya tahunan Ngaruwat Bumi di Kampung Seni Yudha Asri dari 30/6/2023 hingga 2/7/2023.

Selain Bedug Kerok, kegiatan ini melibatkan ritual doa bersama seluruh warga, kemudian penutupan malam harinya dengan Wayang Golek.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan