Tunis, Tunisia, Aktual.com – Duta Besar Indonesia untuk Tunisia Zuhairi Misrawi mengatakan “diplomasi ziarah kubur” yang dilakukannya menjadi cara diplomasi kebudayaan untuk mendapatkan hasil positif, khususnya meningkatkan ekspor Indonesia ke Tunisia.

“Hari kedua menjadi Dubes Indonesia untuk Tunisia, saya melakukan ziarah ke makam ulama besar Tunisia yaitu Syaikh ‘Allamah Muhammad Tahir bin ‘Asyur,” kata Zuhairi
setelah melakukan ziarah ke makam Muhammad Tahir di Tunis, Tunisia, Minggu (16/7).

Dia mengaku berkat “diplomasi kuburan” yang dilakukan, banyak kemajuan positif diperoleh, khususnya dalam hubungan bilateral Indonesia-Tunisia.

Zuhairi mencontohkan saat ini warga Indonesia yang berkunjung ke Tunisia sudah bebas visa.

“Sebelum saya menjadi Dubes Indonesia, pengajuan visa warga Indonesia prosesnya sekitar tiga bulan. Namun saat ini kita sudah bebas visa,” ujarnya.

Selain itu, menurut dia, ekspor Indonesia ke Tunisia di 2023 senilai 250 juta dolar Amerika Serikat (AS), di tahun 2022 sekitar 150 juta dolar AS.

Zuhairi mengatakan produk ekspor Indonesia ke Tunisia seperti kelapa sawit, furnitur, tekstil, mobil, dan kayu gaharu.

“Saat ini ‘preferential trade agreement‘ dalam proses, kalau sudah selesai, maka ekspor Indonesia bisa naik menjadi 500 juta dolar AS. Pihak Tunisia sudah meminta PTA dilanjutkan,” katanya.

Selain itu, dia mengaku mengagumi sosok Muhammad Tahir sejak masih kuliah di Universitas Al Azhar Mesir sekitar tahun 1998 yaitu ketika membaca buku Tafsir Tahrir wa al-Tanwir dan kitab Ushul al-Nizham al-Ijtima’i fi al-Islam.

Karena itu, menurut Zuhairi, ketika dirinya menjadi Dubes Indonesia untuk Tunisia, sering berziarah ke makam Muhammad Tahir.

“Dulu tidak ada seperti ini (ziarah kubur) karena tidak ada tradisi itu di sini, lalu saya ajak mahasiswa di Tunisia untuk bersih-bersih makam Muhammad Tahir. Ketika ziarah kedua kali, ada yang mengambil foto, lalu menjadi viral perbincangan di Tunisia,” katanya.

Zuhairi mengatakan ziarah kubur ke makam Muhammad Tahir merupakan rangkaian acara simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan (PPIDK) Timur Tengah dan Afrika pada Senin-Rabu (17-19 Juli).

Artikel ini ditulis oleh:

Warto'i