Jakarta, Aktual.com – Rupiah mengalami pelemahan yang signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah data produk domestik bruto (PDB) dan klaim tunjangan beasiswa AS menunjukkan angka yang jauh lebih baik dari perkiraan. Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa keadaan ini dapat mendukung kebijakan suku bunga tinggi AS dan meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed.
Data PDB kuartal II 2023 mencapai 2,4 persen, melebihi ekspektasi 1,8 persen, sementara klaim tunjangan seksual AS berada pada 221 ribu, lebih baik dari ekspektasi sebesar 235 ribu. Kondisi ekonomi AS yang membaik membawa dampak pada peningkatan obligasi pemerintah AS dan menguatnya dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, termasuk rupiah.
Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah 0,43 persen atau 65 poin menjadi Rp15.065 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.000 per dolar AS. Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya juga terangkat 0,86 persen menjadi 101,7678 pada akhir perdagangan Kamis.
Para ekonom menyatakan bahwa pertumbuhan PDB AS yang lebih cepat dari perkiraan dan kenaikan indeks harga untuk pembelian domestik bruto merupakan faktor utama di balik kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang pada pemulihan mempengaruhi penguatan dolar AS. Meskipun data ekonomi AS yang lebih baik dari ekspektasi memberikan kegembiraan bagi perekonomian negara tersebut, dampaknya terhadap mata uang negara-negara lain, termasuk rupiah, menjadi tantangan bagi stabilitas nilai tukar.
Pengamat pasar uang dan pelaku pasar lainnya kini harus memantau perkembangan lebih lanjut dari kebijakan moneter AS dan respons pasar global yang dapat berdampak pada nilai tukar mata uang di masa depan. Rupiah dan pasar uang Indonesia secara keseluruhan harus tetap siap menghadapi perubahan kondisi ekonomi global yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dalam negeri.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Firgi Erliansyah