Jakarta, aktual.com – Usaha NATO untuk memperluas wilayahnya hingga ke Asia, yang berjarak hampir 6.000 mil (sekitar 9.600 km) dari kantor pusatnya di Brussel, mendapatkan sorotan tajam dari berbagai pihak. Salah satunya, majalah politik Amerika, Jacobin, telah mengungkapkan pandangan skeptis terhadap langkah tersebut.
Menurut laporan yang dipublikasikan oleh Jacobin, ada kekhawatiran rasional mengapa China dapat memandang kehadiran militer Amerika Serikat yang semakin mendekati wilayah pesisirnya sebagai ancaman. Peran NATO yang telah menjadi alat perang dan operasi perubahan rezim yang dipimpin oleh AS, menjadi bagian dari kekhawatiran tersebut.
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa Amerika Serikat dianggap sebagai “negara paling agresif di dunia,” dan telah bertanggung jawab atas lebih dari 500 intervensi militer asing sejak berdirinya, dengan lebih dari sepertiganya terjadi setelah 1999, jauh setelah berakhirnya Perang Dingin.
Isu ini menjadi sensitif dan kontroversial karena berdampak pada geopolitik dan keamanan di kawasan Asia. Sementara beberapa pihak mendukung langkah ekspansi NATO ke Asia sebagai langkah untuk menjaga stabilitas dan kemanan, pihak lain menganggapnya sebagai potensi risiko eskalasi konflik dan gangguan terhadap ketenangan di kawasan.
Kini, pandangan beragam dari berbagai pihak terus diungkapkan mengenai prospek ekspansi NATO di wilayah yang jauh dari kawasan asalnya. Tantangan diplomasi dan upaya mencari keseimbangan dalam kepentingan global menjadi faktor penting dalam menangani isu yang mendalam ini.
Artikel ini ditulis oleh: