Jakarta, Aktual.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menempatkan riset laut dalam sebagai salah satu fokus penelitian strategis karena wilayah tersebut menyimpan kehidupan ekosistem yang memiliki banyak manfaat bagi umat manusia.
“Lebih dari 85 persen wilayah laut dalam belum dieksplorasi. Padahal, wilayah tersebut menyimpan banyak potensi sebagai sumber oksigen dan makanan,” kata Kepala Pusat Riset Laut Dalam BRIN, Intan Suci Nurhati, di Jakarta, Sabtu.
Intan mengungkapkan sebagian besar lautan dalam di Indonesia terletak di wilayah timur, seperti Laut Banda yang memiliki Palung Weber dengan kedalaman mencapai 7.440 meter dan lebar 150 kilometer.
Eksplorasi laut dalam merupakan tantangan besar karena memerlukan infrastruktur yang kuat dan mumpuni, termasuk kapal riset dan peralatan eksplorasi tingkat lanjut.
Menurutnya, riset tentang laut dalam selain membutuhkan peralatan yang mumpuni juga penuh tantangan. Penggunaan kapal selam dan submersible menjadi contoh infrastruktur penting untuk riset di wilayah tersebut.
Intan berharap upaya melalui riset laut dalam bisa menghasilkan penemuan-penemuan penting dan pemanfaatan sumber daya kelautan yang berkelanjutan, sehingga kelak bisa menjadi pilar dalam mendukung kemandirian Indonesia.
“Riset laut dalam memerlukan dukungan dan anggaran yang memadai untuk memastikan riset dapat dilakukan dengan efektif dan sukses,” ucapnya.
Sekretaris Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BRIN, Nining Setyowati Dwi Andayani, menuturkan bahwa sebanyak 70 persen dari sumber daya manusia yang didukung oleh BRIN difokuskan untuk riset laut dalam dan maritim.
“Kualitas sumber daya manusia harus unggul agar dapat menghasilkan inovasi yang cemerlang di masa depan. Hal ini sangat penting mengingat pertimbangan geografis Indonesia dan potensi sumber daya yang dimiliki di bidang hayati, antariksa, maritim, laut dalam, dan nuklir,” kata Nining.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa salah satu kebijakan BRIN untuk mendukung kegiatan riset adalah dengan membuka platform yang tak terbatas hanya untuk sumber daya manusia saja. Langkah itu mencakup peningkatan anggaran untuk sumber daya manusia dan infrastruktur dalam riset, termasuk riset laut dalam dan maritim.
“Tujuan dari kebijakan itu adalah meningkatkan jumlah periset Indonesia dan menyatukan komponen sumber daya manusia, anggaran, serta infrastruktur agar dapat terintegrasi dan diolah bersama,” ujar Nining mengakhiri penjelasannya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Sandi Setyawan