Ilustrasi- Hujan deras mengguyur wilayah Kota Kupang, NTT.

Jakarta, aktual.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprakirakan mayoritas kondisi cuaca di kota-kota besar Indonesia didominasi oleh hujan ringan hingga berawan akibat adanya daerah konvergensi dan pertemuan angin atau konfluensi.

“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut,” kata Prakirawan BMKG Yuni Maharani di Jakarta, Senin (7/8).

BMKG melaporkan rata-rata suhu hari ini berada antara 18 sampai 34 derajat Celcius dan kelembaban udara berkisar 50 sampai 100 persen.

Di Pulau Sumatra, cuaca berawan berpotensi terjadi di Pekanbaru, Tanjung Pinang, dan Bandar Lampung. Lalu, ada kabut di Jambi dan Palembang.

Sedangkan, hujan ringan diprakirakan terjadi di Banda Aceh, Padang, Bengkulu, dan Pangkal Pinang, serta hujan lebat hanya di Medan.

Beranjak ke Pulau Jawa, BMKG memprakirakan cuaca umumnya cerah hingga berawan.

Kondisi berawan berpotensi terjadi di Bandung, Semarang, Surabaya, serta cerah berawan di Yogyakarta. Kemudian, hujan ringan diprakirakan terjadi di Jakarta dan Serang.

Selanjutnya, Pulau Bali dan Nusa Tenggara juga umumnya berawan. Prakiraan cuaca berawan ada di Mataram, lalu cerah berawan berpotensi terjadi di Denpasar dan Kupang.

Sementara itu, seluruh Pulau Kalimantan mayoritas berpotensi hujan ringan kecuali Banjarmasin yang diprakirakan hanya berawan.

Di Pulau Sulawesi, BMKG memprakirakan umumnya berawan hingga cerah berawan terdapat di Kota Manado, Gorontalo, Kendari, Makassar, Mamuju, dan adanya potensi hujan dengan intensitas ringan hanya berpotensi terjadi di Palu.

Adapun wilayah bagian timur Indonesia umumnya berawan ada di Ternate dan Manokwari. Potensi hujan dengan intensitas ringan terdapat di Ambon dan Jayapura.

Yuni menuturkan beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia, seperti adanya analisis outgoing longwave radiation (OLR), madden jullion oscillation (MJO), dan aktivitas gelombang ekuator yang menunjukkan kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif di Laut Andaman, Samudera Hindia sebelah barat Sumatra, Kalimantan bagian tengah, Papua Barat, Papua bagian utara, Maluku, Maluku Utara, dan Samudera Pasifik sebelah utara Maluku Utara hingga utara Papua.

Selain itu, sirkulasi siklonik terpantau berada di Samudera Hindia barat Sumatera Barat yang membentuk daerah perlambatan kecepatan angin atau konvergensi dan pertumbuhan angin atau konfluensi di Samudera Hindia sebelah barat Bengkulu.

Daerah konvergensi lainnya juga terpantau memanjang dari selatan Selat Malaka hingga Laut China Selatan, dari Kalimantan Barat hingga Laut Natuna, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Tengah, dari Teluk Tomini hingga Laut Sulawesi, di Laut Maluku, dan dari Papua hingga Samudera Pasifik sebelah utara Papua.

Serta terpantau pula daerah konfluensi dari Laut Arafuru hingga Laut Banda, dari Laut Flores hingga Laut Jawa, dari Laut Andaman hingga Laut China Selatan, dan di Samudera Pasifik sebelah utara Maluku Utara hingga utara Papua.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain