Dok pribadi

Jakarta, Aktual.com – “Dengan bantuan beberapa Artificial Intelligence, saya melukis ulang karya 20 pelukis dunia, mulai dari Van Gogh, Leonardo da Vinci, Picasso, Salvador Dali, hingga Raden Saleh. Tapi pada lukisan saya, lukisan itu hadir dengan aksen yang berbeda.”

Demikian dijelaskan oleh Denny JA soal buku lukisannya yang ketiga, yang ia launching secara virtual, Selasa, 8 Agustus 2023. Dengan bantuan Artificial Intelligence, Denny JA sudah me-launching tiga buku lukisan dengan total lebih dari 200 lukisannya.

Dalam buku lukisannya yang ketiga yang berjudul Melukis Ulang 20 Karya Pelukis Dunia, ada lukisan Monalisa di Pancoran. Ini lukisan Monalisa yang sangat terkenal dari Leonardo da Vinci. Tapi di lukisan Denny JA, senyum Monalisa lebih lepas. Latar belakangnya bukan pemandangan Italia, namun suasana Pancaroran di Jakarta tempo dulu.

Atau lukisan Denny JA yang menulis ulang karya Frida Kahlo berjudul Self Portrait with Thorn Necklace. Dalam lukisan asli, yang berdiri di pundak Frida adalah kera dan kucing hitam. Topi dalam lukisan Denny JA, di pundak Frida ada burung elektronik Artificial Intelligence.

Denny JA menjelaskan bahwa di era ini Artificial Intelligence dapat membantu kerja pelukis, sebagaimana kalkulator membantu para akuntan di zaman dulu.

Denny JA bercerita pengalamannya ketika melihat lukisan Monalisa yang asli di Museum Lovre, Prancis, 2012. “Ketika melihat lukisan itu, sudah muncul hasrat saya untuk juga menjadi pelukis. Dengan datangnya teknologi Artificial Intelligence, mimpi itu bisa terwujud. Monalisa menjadi karya pertama yang saya pilih untuk dilukis ulang dengan aksen dan interpretasi yang berbeda.”

Denny berujar, ia mempelajari riwayat hidup dan karya 20 pelukis itu, mulai dari Van Gogh, Leonardo da Vinci, Michaelangelo, Picasso, Rembrandt, Frida Kahlo, Fernando Botero, hingga Johannes Vermeer.

Tak ketinggalan juga Denny menyertakan tiga pelukis Indonesia: Raden Saleh, Affandi, dan Dede Eri Supria. “Agar lengkap saya lukis ulang pula lukisan khas Afrika dan Cina.”

Awalnya, Denny ragu. “Sah kah saya melukis ulang lukisan pelukis lain? Etis kah saya melukis ulang lukisan masterpiece dunia?”

Denny lama merenung. Ia menyimpulkan. Sah saja dan etis saja sejauh itu dinyatakan secara terbuka sumber lukisannya. Apalagi lukisan itu diberi aksen yang berbeda. Lukisan tersebut seperti baru walau ada jejak yang terasa dari karya pelukis lain. Jejak itu bahkan sengaja dikuat-kuatkan.

Untuk kasusnya, lukisan ini juga tidak dimaksudkan untuk komersial. Ini sekadar hobi dan untuk mengeksplor kemampuan teknologi bagi imajinasi kita sendiri.

Denny juga mengutip beberapa pelukis dunia lain yang telah menggunakan Artificial Intelligence untuk menciptakan kembali karya seniman lain, memberikan interpretasi mereka sendiri terhadap lukisan tersebut.

Beberapa contoh yang paling menonjol termasuk: Eli Rezkallah. Ia telah menggunakan Artificial Intelligence untuk membuat ulang karya Vincent van Gogh, Claude Monet, dan pelukis Impresionis lainnya. Lukisan buatan Rezkallah dipuji karena keindahan dan orisinalitasnya.

Ada pula Melanie Bonajo. Ia menggunakan Melanie Bonajo untuk membuat ulang karya Frida Kahlo, Piet Mondrian, dan pelukis surealis lainnya. Lukisan buatan Bonajo telah digambarkan sebagai “surreal, mengganggu, dan indah.”

Hadir pula Blake Kathryn. Ia menggunakan Melanie Bonajo untuk membuat ulang karya Andy Warhol, Roy Lichtenstein, dan artis pop lainnya. Lukisan buatan Kathryn dipuji karena referensi budaya pop dan komentar mereka tentang konsumerisme.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano