Ilustrasi - Perajin memfotret produk kerajinan boneka rajut untuk dipromosikan pada sosial media di Susan Craft, Depok, Jawa Barat, Rabu (5/1/2022). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nym/pri. (ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)
Ilustrasi - Perajin memfotret produk kerajinan boneka rajut untuk dipromosikan pada sosial media di Susan Craft, Depok, Jawa Barat, Rabu (5/1/2022). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nym/pri. (ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)

Jakarta, aktual.com – Bhima Yudhistira, seorang ekonom dari Universitas Gadjah Mada, menyatakan bahwa digitalisasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi faktor kunci dalam mencapai target Indonesia Emas pada tahun 2045.

Seperti yang diungkapkan dalam pidato kenegaraan Presiden Jokowi dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-78, Bhima mengungkapkan bahwa digitalisasi UMKM memiliki peranan penting dalam memperluas pasar hingga skala internasional, yang pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian negara.

“UMKM merupakan tulang punggung Indonesia hingga saat ini, mereka menyumbang 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dan menyerap 97 persen lapangan kerja, digitalisasi UMKM ini tentu sangat berdampak apa lagi kita akan menghadapi Indonesia Emas di 2045,” ujar Bhima, seperti dikutip ANTARA, Rabu (16/8/2023).

Pada tahun 2045, Indonesia akan merayakan usia ke-100 dan mengalami bonus demografi, di mana 70 persen penduduknya berada dalam rentang usia produktif (15-64 tahun).

Bhima menjelaskan bahwa apabila bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan berdampak buruk terutama dalam masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan yang buruk, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.

Bonus demografi menjadi peluang besar dalam merealisasikan cita-cita Indonesia Emas pada tahun 2045. Bhima, yang juga merupakan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), menyatakan bahwa digitalisasi UMKM menjadi keharusan.

“UMKM ini punya kontribusi yang besar untuk mempercepat laju dari digitalisasi ekonomi di Indonesia yang lebih merata yang lebih berkeadilan, dan harapannya dengan UMKM masuk ke ekosistem digital mereka memiliki kesempatan untuk naik kelas,” tambahnya.

Bhima juga menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar UMKM lokal masih belum terhubung secara digital, ekspor produk UMKM meningkat sekitar tiga persen dalam lima tahun terakhir, dan ini sebagian besar disebabkan oleh adopsi digitalisasi.

Selain itu, mantan peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) tersebut mendorong UMKM lokal untuk aktif mengikuti berbagai program pelatihan terkait digitalisasi yang saat ini banyak ditawarkan baik oleh pemerintah, swasta, maupun sesama UMKM.

“Banyak sekali pelatihan, cara-cara pemasaran baru yang ditawarkan secara gratis, nah itu yang harus dimanfaatkan oleh UMKM,” ungkap Bhima.

Artikel ini ditulis oleh: