Oleh: Hasan Shahab
Jakarta, aktual.com – Mengagumkan paparan DR Benny Susilo dalam sidang terbuka kemaren tanggal 22 Agustus 2023 di Gedung Pascasarjana UIN Syarief Hadayatullah. Tak heran para penguji menilainya lulus sangat memuaskan. Paparan disertasinya berjudul “Wahdat Al Wujud dalam Filasafat Mulla Sadra, Dari Kesatuan Wujud Bergradasi menuju Kesatuan Wujud Individual”.
Sebuah tema filsafat yang berat dicerap, sehingga saya yang masih baru belajar filsafat mencoba memahami sebagai wawasan umum yang mungkin belum mampu mencerap kedalamannya.
Menarik memang mempelajari pemikiran Mulla Sadra (979H/1571-1050 H/1640) yang mampu mensintesakan filsafat Parepatetik, Filsafat Iluminasi, Tasawuf, dan Kalam sekaligus menjadi bangunan pemikiran filsafat tersendiri yang dikenal dengan Hikmah Muta’aliyah.
Dengan kekayaan sumber dan sintesa solid tersebut, Prof. Husein Nasr lebih memilih penerjemahan Hikmah Muta’aliyah sebagai Teosofi Transenden. Mulla Sadra menjadi penyambung rangkaian pemikiran para filosof Muslim abad-abad sebelumnya. Sekaligus tantangan bagi para pemikir muslim untuk melahirkan sosok filosof dikalangan Muslim di abad ini sebagai rangkaian maupun lompatan pemikiran.
Seolah inilah pesan Mulla Sadra bagi para pemikir kini agar menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai pada salah satu pemikirannya yang menjadi topik paparan Dr Benny Susilo. Seperti saran DR Benny sendiri, diperlukan beberapa penelitian lebih lanjut, antara lain topik: Konsekuensi-konsekuensi penerimaan kesatuan wujud individual yang mungkin terjadi terhadap masalah-masalah filsafat yang berbasis kesatuan wujud bergradasi, seperti masalah gerak transubstansial (al-harakah al-jawhariyyah) dan masalah potensi dan aktualitas.
DR Benny menganalogikan kebutuhan penelitian lebih jauh tersebut sebagaimana terjadi di dunia fisika di mana belum bertemunya teori General relativity dan Quantum Mechanic. General Relativity terbukti benar untuk level macroscopic yang melibatkan medan gravitasi besar, sementara di Quantum Mechanics terbukti benar untuk level microscopic pada tingkat atomic & subatomic.
Apakah tidak ada irisan antara General relativity & Quantum Mechanic?
Para fisikawan mencoba melakukan terobosan-terobosan teori untuk unifikasi kedua teori besar tersebut. Lahirlah Stephen Hawking, walaupun sejak 1963 didiagnosis sakit “motor neuron disease” yang menyebabkan kelumpuhan, tapi dengan luar biasa pada th 1974 Hawking menemukan teori “Hawking (Black Hole) Radiation”. Hawking Radiation meggunakan berbagai elemen dari General Relativity, Quantum Mechanics & Thermodynamics. Dari persoalan yg dikemukakan fisikawan terdahulu, kemudian muncullah juga sejumlah papers yang penting dalam Fisika Modern saat ini antara lain “Holographic Universe”. Penjelasan bahwa “Dunia adalah Hologram yang diproyeksikan dari Supermassive Blackholes’ Event Horizons” (Holographic Universe) bersama Superstring Theory dan lain lain menjadi alternatif “unifikasi” Quantum Mechanics & General Relativity saat ini.
Kira harapkan DR Benny Susilo menjadi “Stephen Hawking” dalam membuat terobosan baru dalam filsafat Islam yang masih membuka pertanyaan seperti diungkapkan olehnya sebagai kelanjutan penelitian dan menjadi salah satu filosof Muslim abad mutakhir.
Harapan kedua, tentu bukan dengan mencairkan total bahasan filsafatnya yang dalam dan berat dicerna untuk orang kebanyakan. Persis seperti argument DR benny ketika diminta menyederhanakan bahasan penelitiannya, beliau berargumen bahwa sebagaimana orang kebanyakan akan sulit membaca teori-teori fisika kecuali orang orang yang belajar fisika secara mendalam, maka untuk memahami bahasan filsafatnya perlu orang belajar filsafat secara mendalam pula. Namun Stephen Hawking mencoba membagikan pemikirannya ke khalayak dengan menerbitkan sebuah buku sains popular yang laku 10 juta ekslempar dengan judul “A Brief History of Time”. Dalam buku ini, Hawking mencoba menjelaskan berbagai hal dalam konsep kosmologi. Penjelasan tersebut termasuk teori big bang yang merupakan asal muasal terbentuknya dunia, berbicara tentang seperti apa gambaran alam semesta, pembahasan mengenai ruang dan waktu, hingga penjelasan mengenai lubang hitam atau yang sering dikenal dengan nama black hole.
Sebagaimana Hawking, kami berharap DR Benny bukan dibebani untuk mencairkan “seluruh salju yang melingkupi gunung es” filsafat, namun harapan kami sedikit menyibak gumpalan salju tersebut agar kami para khalayak bisa sedikit menikmati lezatnya bahasan filsafatnya dan menjadi bimbingan mengarungi kehidupan.
Harapan ketiga, sebagaimana para fisikawan teori berkutat pada tataran kerumitan teori fisikanya, namun pada akhirnya bisa ditarik ke penerapan untuk kehidupan sehari-hari. Quantum Mechanics, misalnya, telah menghasilkan banyak terobosan dalam Fisika & Teknologi Elektronika. Dengan Quantum Mechanics mereka sudah bisa membuat Laser, Transistor, MRI devices, atomic clock untuk GPS, dll. Berharap kerumitan filsafat juga bisa diterjemahkan menjadi sebuah konsep kepenerapan keseharian sebagai berkah ke Masyarakat.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain