Jakarta, Aktual.co —Bak kebakaran jenggot, mendapati hasil survei  Economist Intelligence Unit Jakarta yang menempatkan Jakarta sebagai kota paling tidak aman, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) punya jurus pamungkas dalam memberantas preman di Jakarta. Yakni dengan siapkan penembak jitu. 
“Dengan penembak jitu. Akan kita lumpuhkan (preman) pakai senjata. Asal berani nembak saja kalau macam-macam,” ujar dia, di Balai Kota DKI, Jakarta , Rabu (28/1).
Melibatkan militer dan polisi dalam memberantas preman juga ditunjukkan Ahok dengan mengatakan akan menyumbang 300 motor. Kata dia, bantuan motor akan diberikan ke Brigade Infantri (Brigif) dan polisi.
Upaya lainnya, memasang ribuan CCTV di sudut-sudut Jakarta yang dianggap rawan preman. “Kita akan monitor setiap sudut.” Sebelumnya, Economist Intelligence Unit (EIU) menggelar survei mengenai kualitas keamanan di 50 kota (the Safe City Index) di dunia. Hasilnya, Jakarta merupakan kota paling tidak aman di dunia dengan skor 53,71. Atau 31,92 poin di bawah Tokyo yang menjadi kota paling aman di dunia dengan skor 85,63.
Survei ini memperhitungkan keamanan warga, keamanan infrastruktur, keamanan digital, hingga jaminan kesehatan. Juga mempertimbangkan jumlah angka kejahatan, jumlah warga meninggal akibat kematian tidak wajar, serta kemampuan teknologi informasi pemerintah setempat dalam memantau aktivitas kejahatan.
Pernyataan kontroversial terkait pemberantasan preman sebelumnya juga sudah disampaikan Ahok yang mengatakan akan menggusur pemukiman kumuh. Dengan dalih dianggap sebagai sarang preman di Jakarta. Pernyataan dia ini sudah menuai protes  dari Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI). 
SPRI anggap memberantas kriminal dan menggusur pemukiman kumuh, tidak ada kaitannya sama sekali. Dan tidak ada jaminan penggusuran pemukiman kumuh dapat mengurangi angka kriminalitas di Jakarta.
“Tidak semua pemukiman kumuh dihuni oleh preman, itu yang pelu diingat oleh Ahok. Pemukiman kumuh justru mayoritas dihuni banyak kelas pekerja. Mulai dari buruh cuci gosok, buruh pabrik, sopir, kondektur,  pekerja konveksi, sampai karyawan swasta,” kata Sekretaris Wilayah SPRI DKI, Rio Ayudhia Putra, dalam siaran pers yang diterima aktual.co, Selasa (27/1).
Opini yang dibangun Ahok, menurutnya, dapat menyudutkan orang miskin yang bekerja profesi rendahan dan tinggal di kawasan kumuh. Ahok seperti tengah menggiring dukungan kelas menengah untuk membenarkan tindakannya melakukan penggusuran pemukiman kumuh yang ditudingnya sebagai sarang preman.

Artikel ini ditulis oleh: