Makassar,Aktual.com – Andi Januar Jaury Dharwis, seorang pengamat kelautan yang juga anggota DPRD Sulawesi Selatan, mengapresiasi keberhasilan restorasi terumbu karang terluas di Indonesia yang berada di perairan Pulau Bontosua, Kabupaten Pangkep.

“Dengan ini, saya memberikan apresiasi kepada Mars bersama Sheba atas upaya mereka dalam melakukan restorasi terumbu karang terbesar di Indonesia. Langkah ini seharusnya diikuti oleh sektor swasta lainnya mengingat masih banyak perairan lain yang memerlukan restorasi serupa,” ujarnya di Makassar pada hari Jumat (25 Agustus).

Sebagai seorang penggemar olahraga selam, ia mengungkapkan pentingnya peran terumbu karang dalam menjaga kelestarian ekosistem laut. Kerusakan pada ekosistem ini dapat mengakibatkan penurunan hasil tangkapan para nelayan.

“Kesuksesan dalam usaha restorasi terumbu karang akan secara otomatis meningkatkan potensi hayati laut, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada kesejahteraan para nelayan,” tambahnya.

Ia berharap bahwa hasil upaya restorasi yang telah dilakukan oleh Mars Incorporated dapat dijaga dengan baik agar terumbu karang terus tumbuh. Dampak positifnya juga dapat merangsang sektor lain seperti pariwisata, dengan mengundang wisatawan untuk menikmati keindahan gugusan terumbu karang.

Andi Januar Jaury Dharwis mengakui keprihatinannya terhadap kondisi laut Indonesia secara keseluruhan, di mana 70 persen ekosistem laut sudah mengalami kerusakan. Hanya tujuh persen yang masih dalam kondisi sangat sehat, sedangkan 23 persen lainnya dalam kondisi sehat.

“Oleh karena itu, penting bagi para kepala daerah yang memiliki wilayah kepulauan untuk mengembangkan inovasi guna menghidupkan usaha-usaha alternatif bagi penduduk pulau. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya laut yang terbatas,” tegasnya.

Selain itu, ia terus mendorong peningkatan alokasi anggaran untuk restorasi terumbu karang dalam APBD provinsi. Ia percaya bahwa langkah ini telah terbukti mampu meningkatkan hasil tangkapan para nelayan.

Dengan panjang garis pantai Sulawesi Selatan mencapai 1.972 kilometer serta terdapat sekitar 350 pulau besar dan kecil, ia menekankan perlunya komitmen dari pemerintah di berbagai tingkatan untuk menjaga kelangsungan laut secara berkelanjutan.

Dari sisi pemerintah, Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Sulawesi Selatan melalui Kepala Cabang Dinas Kelautan (CDK) Mamminasata, Sayyid Zainal Abidin, mengakui keterbatasan dalam melaksanakan kegiatan konservasi. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada usaha yang dilakukan sama sekali.

Sayyid Zainal Abidin menjelaskan bahwa pada tahun 2023, terdapat anggaran untuk lima titik restorasi terumbu karang dengan alokasi dana sebesar Rp200 juta untuk setiap titik. Ia berharap program serupa dapat dilakukan setiap tahun guna semakin meningkatkan potensi hayati di perairan laut.

Kelima titik restorasi terumbu karang tersebut terletak di Teluk Laikang, Pulau Sangrobengi, Pulau Langlai, dan Pulau Lumulumu.

Tidak hanya itu, hingga saat ini pihaknya telah mendistribusikan 10 kapal untuk kelompok pengawas masyarakat guna menjaga kelestarian laut, termasuk dalam mencegah penangkapan ikan secara ilegal.

Sebelumnya, sejumlah nelayan di Pulau Bontosua telah melaporkan peningkatan populasi biota laut akibat usaha restorasi terumbu karang. Hal ini juga telah mengakibatkan peningkatan hasil tangkapan nelayan secara signifikan.

Dengan pendapatan nelayan yang meningkat, semangat untuk menjaga kelestarian laut juga semakin tinggi. Mereka berkomitmen untuk mencegah tindakan pencurian terumbu karang serta penggunaan bahan peledak dan bahan kimia untuk menangkap ikan.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Sandi Setyawan