Kabupaten Bogor, Aktual.com – Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat telah memulai penyelidikan intensif untuk mengungkap penyebab kontaminasi bahan bakar minyak (BBM) pada air sumur warga di Desa Pengasinan, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Eko Kristiawan, Area Manager Communication Relation & CSR Regional Jawa Bagian Barat Pertamina Patra Niaga, mengungkapkan bahwa Pertamina bersama pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berdekatan dengan rumah warga telah melakukan pemeriksaan terhadap empat sumur pendam dan sumur bor di SPBU tersebut.
“Dari hasil pemeriksaan, kami tidak menemukan tanda-tanda kontaminasi BBM atau kebocoran pada tangki penyimpanan BBM di SPBU tersebut,” ungkap Eko.
Namun, sampel air yang diserahkan oleh warga dari sumur yang berada dalam radius sekitar lima rumah dari SPBU menunjukkan adanya indikasi pencemaran oleh BBM jenis Pertalite. Walaupun rumah-rumah warga berada di dataran yang lebih tinggi dan berjarak sekitar 150 meter dari SPBU.
Eko menjelaskan bahwa saat ini sudah ada mediasi antara warga yang sumurnya terkontaminasi, SBM Pertamina, perwakilan pihak SPBU, pemerintah desa, pemerintah kecamatan, serta aparat keamanan dan penegak hukum setempat.
Mediasi ini berakhir dengan kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.
Selanjutnya, Pertamina akan melakukan langkah-langkah lanjutan, termasuk jadwal tank cleaning dan uji Hydrostatic/Pneumatic untuk tangki dan pipa di SPBU tersebut.
“SPBU 34.163.17 saat ini telah berhenti beroperasi sementara. Alternatif SPBU terdekat bagi masyarakat yang memerlukan BBM Pertalite adalah SPBU 34.163.02 dan SPBU 34.163.10,” kata Eko.
Sebelumnya, pada Kamis (7/9), warga di Desa Pengasinan, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, telah mengalami masalah serius dengan sumur-sumur air mereka yang tercemar oleh BBM.
Kondisi ini menjadi viral di media sosial, dengan video menunjukkan air dari keran dapur yang mengalir seperti BBM.
Camat Gunung Sindur, Dace Hatomi, mengungkapkan bahwa masalah kontaminasi air sumur oleh BBM ini sudah menjadi keluhan warga selama tujuh tahun terakhir.
Air di sumur warga tersebut sering kali tercampur dengan BBM dan mengeluarkan bau seperti bensin.
“Saat itu, hasil laboratorium menunjukkan bahwa air masih aman untuk dikonsumsi, hanya saja bau bensin yang tercium. Namun, sekarang situasinya sudah jelas, sehingga kompensasi harus dipertimbangkan untuk warga yang terdampak,” ungkap Dace.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Firgi Erliansyah