Orang-orang yang terluka menunggu untuk berangkat ke Mesir di dalam ambulans di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, pada 1 November 2023. Mesir pada Rabu (1/11/2023) menerima warga Palestina yang terluka dari Jalur Gaza yang terkepung melalui perlintasan Rafah, satu-satunya titik penghubung antara Mesir dan Gaza. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Gaza, aktual.com – Dalam situasi konflik di Jalur Gaza, kekurangan pasokan medis telah mengakibatkan dokter-dokter berjuang keras untuk merawat pasien dengan sumber daya yang terbatas. Di Rumah Sakit Al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, dokter-dokter terpaksa memberikan perawatan tanpa obat penenang dan menggunakan gula serta cuka untuk membungkus luka pasien.

Dilaporkan oleh Al Jazeera pada Jumat (10/11), seorang dokter bedah di RS Al-Shifa, Ahmed Mokhallalati, menyampaikan bahwa fasilitas medis di rumah sakit tersebut telah mencapai titik puncak akibat terus-menerusnya serangan militer Israel di Jalur Gaza.

Kekurangan bahan bakar membuat RS Al-Shifa terpaksa beralih ke generator sekunder yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan sebagian besar rumah sakit terhenti dari penerangan karena persediaan bahan bakar hampir habis.

Dokter-dokter hanya dapat mengandalkan lampu ponsel mereka untuk mencatat dan memeriksa dokumen, sementara mereka juga sangat lelah menghadapi kondisi di fasilitas medis yang sudah melampaui kapasitasnya.

“Pagi ini, saya harus mengganti perban pada anak-anak tanpa menggunakan obat penenang, perban pada para pasien luka bakar untuk pasien trauma berat,” tutur Mokhallalati kepada Al Jazeera.

“Sekarang bagi saya, perban standar adalah menggunakan gula, begitu juga dengan cuka untuk para pasien,” ujarnya.

Mokhallalati menyatakan bahwa keadaan semakin kritis dengan serangan bom yang terus menerjang daerah sekitar rumah sakit.

“Masalahnya adalah Anda terus-menerus mengalami pengeboman di sekitar rumah sakit atau di depan rumah sakit. Semalam, ada bom besar meledak di dekat rumah sakit. Dan setengah jam yang lalu, saat hendak mengoperasi seorang pasien… terjadi pengeboman yang sangat besar, mereka mengebom sebuah rumah di samping rumah sakit,” ucapnya.

“Mereka membunuh separuh orang-orang secara langsung, tapi separuh lainnya, mereka membunuhnya dengan pengobatan yang tidak memadai,” sebut Mokhallalati dalam pernyataannya.

Israel terus melakukan serangan udara tanpa henti di Jalur Gaza dan meluncurkan operasi darat sebagai tanggapan terhadap serangan mendadak yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober. Pejabat Tel Aviv melaporkan bahwa lebih dari 1.400 orang tewas akibat serangan tersebut, dengan sebagian besar merupakan warga sipil, dan 240 orang lainnya disandera.

Laporan dari otoritas kesehatan di Gaza menyatakan bahwa lebih dari 10.000 orang tewas dalam sebulan terakhir akibat serangan Israel, dengan sekitar 40 persennya adalah anak-anak.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain