Washington, aktual.com – Presiden Joko Widodo (Presiden Jokowi) membahas tentang kemampuan perbedaan dan keberagaman untuk menyatukan bangsa Indonesia dalam pidato kuliah umum di Universitas Georgetown, Washington DC, Amerika Serikat. Jokowi menekankan bahwa untuk menjaga persatuan, Indonesia mengadopsi ideologi Pancasila sebagai panduan bagi masyarakat dalam kehidupan berbangsa.
“Dalam mengelola keberagamannya, Indonesia memiliki panduan, memiliki ideologi, yaitu Pancasila, unity in diversity yang menginspirasi di setiap sendi-sendi kehidupan, termasuk kehidupan bernegara,” ucap Presiden melalui keterangannya, Selasa (14/11).
Jokowi mengungkapkan pandangan tersebut ketika memberikan kuliah umum di Gedung Healy, Georgetown University, yang dikenal sebagai Gaston Hall. Acara kuliah umum tersebut dihadiri oleh hampir 500 peserta, terdiri dari kalangan akademisi hingga mahasiswa, pada hari Senin (13/11).
Dalam pidatonya, Jokowi menyatakan bahwa perbedaan yang berujung pada persaingan dan rivalitas antarnegara adalah sesuatu yang wajar. Meskipun demikian, Jokowi menegaskan pentingnya mengelola perbedaan tersebut dengan bijak agar tidak memicu konflik terbuka yang dapat disebabkan oleh ketidakstabilan di kawasan.
“Yang namanya communication, room for dialogue, collaboration, cooperation itu menjadi kunci untuk mencapai stabilitas dan perdamaian baik di kawasan maupun di dunia,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Jokowi menggarisbawahi bahwa Indonesia memiliki keterbukaan untuk menjalin kerja sama dengan seluruh negara. Indonesia juga menyatakan sikap netral, tidak memihak kepada kekuatan manapun kecuali untuk tujuan perdamaian dan kemanusiaan.
“Itulah prinsip yang kami bawa di keketuaan Indonesia di G20 dan ASEAN yang dijalankan dalam situasi dunia yang terbelah dengan rivalitas yang sangat tajam dan geopolitik yang memanas,” kata Jokowi.
Jokowi menekankan bahwa saat ini dunia menghadapi tantangan kemanusiaan, terutama dengan masih berlanjutnya konflik di Rusia-Ukraina dan wilayah sengketa Israel-Palestina. Jokowi meyakini bahwa solidaritas dan kepemimpinan global menjadi elemen kunci untuk mengatasi konflik kemanusiaan yang berlangsung secara berkelanjutan.
“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan kita harus tunaikan tanggung jawab ini sekarang juga,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain