Presiden Rusia Vladimir Putin saat menyampaikan pidato dalam sesi pleno kedua Forum Ekonomi Eurasia Uni Ekonomi Eurasia di Moskow, Rusia, pada 24 Mei 2023.

Jakarta, aktual.com – Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengekspresikan rasa simpatinya terhadap warga Gaza, Palestina, dan menyatakan bahwa membantu wilayah Palestina adalah “tugas suci” bagi negaranya. Pernyataan tersebut muncul ketika Putin berbicara mengenai penderitaan yang dialami oleh warga Gaza setelah serangan Israel.

Pernyataan ini dilontarkan sehari setelah adanya konferensi video darurat terkait Gaza yang diadakan oleh pemimpin BRICS (Brasil-Rusia-India-China-Afrika Selatan).

Dalam penjelasannya, Putin menyatakan bahwa Moskow merasa memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di Gaza. Pemimpin Rusia tersebut kemudian menggambarkan pemberian bantuan kepada warga sipil Palestina di Gaza sebagai suatu “tugas suci”.

“Ini adalah misi yang sangat penting, bersifat kemanusiaan, dan mulia. Kita perlu membantu orang-orang yang menderita akibat kejadian yang sedang berlangsung,” ungkapnya dikutip Russia Today, dikutip Kamis (23/11/2023).

Sebelumnya, dalam pertemuan dengan para pemimpin BRICS, Putin menyatakan bahwa ia merasa terenyuh setelah melihat video yang menunjukkan anak-anak Palestina menjalani operasi tanpa anestesi. Ia juga mengungkapkan bahwa kematian ribuan orang adalah keprihatinannya yang paling mendalam.

“Ketika Anda melihat bagaimana anak-anak dioperasi tanpa anestesi. Hal ini tentu saja menimbulkan perasaan yang sangat istimewa,” tambah Putin.

Adapun terkait tujuan jangka panjang, Putin mengungkapkan keinginannya untuk melihat terwujudnya perdamaian abadi di wilayah tersebut. Menurutnya, pencapaian tujuan ini hanya mungkin dengan merujuk pada resolusi PBB sebelumnya yang menyerukan pendirian dua negara, yakni Israel dan Palestina.

Putin juga menekankan bahwa negara-negara anggota BRICS diharapkan memiliki sikap yang sejalan dengan Rusia dalam banyak hal, sebagaimana terlihat dari cara mereka memberikan dukungan melalui pemungutan suara di Majelis Umum PBB.

“Kelompok ini dapat memainkan peranan yang penting,” catatnya.

Pada tanggal 7 Oktober lalu, konflik antara Israel dan Hamas meletus. Serangan Hamas di wilayah Selatan Israel, sebagai respons terhadap serbuan ke Al-Aqsa awal tahun dan pendudukan Yahudi, mengakibatkan kematian 1.200 orang dan penculikan 240 warga Israel.

Sebagai respons, pemerintah PM Benjamin Netanyahu melancarkan serangan balasan yang terus berlangsung hingga saat ini, dengan menyebut Israel sedang dalam keadaan perang dan tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan Hamas.

Meskipun menyatakan menargetkan Hamas, serangan Israel telah menyebabkan kerusakan besar di kalangan warga sipil. Jumlah korban sipil di Gaza saat ini telah mencapai sedikitnya 14.000 jiwa, dengan sebagian besar dari mereka merupakan anak-anak.

Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa Jalur Gaza saat ini adalah “tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.” Ia menekankan bahwa lebih dari 5.300 anak-anak Palestina dilaporkan telah tewas sejak 7 Oktober.

“Dampak sebenarnya dari perang terbaru di Palestina dan Israel ini akan diukur dari kehidupan anak-anak – mereka yang hilang akibat kekerasan dan mereka yang selamanya berubah karenanya,” katanya.

“Tanpa adanya penghentian pertempuran dan akses kemanusiaan penuh, kerugian yang ditimbulkan akan terus meningkat secara eksponensial,” ujar Russeli.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain