Jakarta, Aktual.com – McDonald’s mengalami konsekuensi dari serangan Israel ke Gaza karena cabang perusahaan tersebut di Israel terlibat dalam memberikan makanan kepada pasukan militer Tel Aviv. Hal ini menyebabkan dampak negatif bagi McDonald’s sebagai perusahaan.
Dikutip dari Reuters, penjualan di Mesir mengalami penurunan drastis akibat situasi ini. Mesir, yang bukan merupakan negara yang sering mengalami demonstrasi, dianggap oleh beberapa pihak sebagai tempat yang tepat untuk menerapkan boikot sebagai solusi terbaik.
“Saya merasa meskipun saya tahu ini tidak akan berdampak besar pada perang, maka setidaknya ini yang bisa kita lakukan sebagai warga negara yang berbeda agar kita tidak merasa tangan kita berlumuran darah,” ujar warga Kairo, Reham Hamed yang memboikot jaringan makanan cepat saji Amerika Serikat (AS) dan beberapa produk pembersih, dilansir Kamis (23/11).
McDonald’s Corp dalam pernyataan pada bulan sebelumnya bahwa mereka merasa “kecewa” terkait disinformasi mengenai sikap mereka dalam konflik tersebut. Cabang waralabanya di Mesir dengan tegas mengonfirmasi kepemilikannya di negara tersebut dan berkomitmen untuk memberikan bantuan sebesar 20 juta pound Mesir (setara dengan Rp 10 miliar) ke Gaza.
Pekerja di cabang McDonald’s di Mesir, yang meminta identitasnya tidak disebutkan, mengungkapkan bahwa penjualan waralaba tersebut mengalami penurunan signifikan pada bulan Oktober dan November. Bahkan, penurunan tersebut mencapai 70% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
“Kami berjuang untuk menutupi pengeluaran kami sendiri selama ini,” ujarnya.
Tindakan boikot mencerminkan reaksi marah terhadap operasi militer Israel yang merusak Gaza dan menyebabkan kematian 14.000 warga sipil di wilayah Palestina tersebut. Gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) mendukung kampanye boikot ini dengan tujuan mengisolasi Israel dari segi ekonomi dan perdagangan.
“Skala agresi terhadap Jalur Gaza belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, reaksinya, baik di dunia Arab atau bahkan secara internasional, belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkap anggota BDS Mesir, Hossam Mahmoud.
Di luar Mesir, situasi serupa terjadi di negara-negara Arab lainnya. Di Yordania, pendukung gerakan boikot kadang-kadang memasuki restoran McDonald’s dan Starbucks dengan maksud untuk membujuk pelanggan agar tidak melakukan pemesanan di outlet tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Yunita Wisikaningsih