Jakarta, Aktual.co — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar 38 poin menjadi Rp12.497 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.459 per dolar AS.
“Faktor eksternal menjadi salah satu pemicu mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS pada awal pekan ini,” kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (26/1).
Ia mengemukakan bahwa hasil pemilu parlemen Yunani yang memenangkan partai oposisi Syriza, telah mendorong penguatan instrumen aset “safe haven”, salah satunya mata uang dolar AS.
Menurut dia, kemenangan partai oposisi ini membuka peluang Yunani keluar dari program bailout negara-negara di kawasan Euro. Keluarnya Yunani dari program “bailout” akan mengganggu pembayaran ke kreditur-kreditur Yunani.
“Ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Indeks dolar AS terlihat menguat terhadap mayoritas mata uang dunia,” katanya.
Namun, lanjut dia, sentimen domestik menjadi “market mover” yang menahan tekanan mata uang rupiah lebih dalam terhadap dolar AS. Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,8 persen pada tahun ini.
Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa euforia rencana pembelian surat utang atau obligasi oleh bank sentral Eropa (ECB) yang sempat menjadi sentimen positif bagi rupiah tergerus oleh sentimen Yunani.
“Meski demikian, fluktuasi rupiah masih stabil terhadap dolar AS. Rupiah masih ditopang oleh optimisnya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi domestik,” katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (26/1) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.517 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (23/1) di posisi Rp12.444 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















