Maulana Syekh Dr. Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani didampingi Khodimu Zawiyah Arraudhah KH Muhammad Danial Nafis saat acara Maulid baginda Nabi Muhammad SAW di Zawiyah Arraudhah, Jalan Tebet Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (13/1/2018) malam. Dalam penjelasan Tausiyahnya Syekh Yusri menjelaskan tentang pentingnya menumbuhkan rasa mahhabah (kecintaan) kepada Rasulullah SAW serta harus bersikap rendah hati (tawadu) dalam berbagai hal. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Ikhlas merupakan salah satu bentuk ibadah hati yang sikap dan tindakannya mencerminkan kesucian niat dan ketulusan hati dalam menjalankan perbuatan.

Ikhlas berasal dari kata kerja “khalasa” yang berarti menyucikan atau membersihkan. Dalam konteks Islam, ikhlas mengacu pada tindakan dan niat yang semata-mata dilakukan untuk menyenangkan Allah SWT tanpa mencari pujian atau pengakuan dari manusia. Ini adalah bentuk ketulusan dan kesucian hati dalam beribadah dan beramal.

Rasulullah Saw memuji orang yang memiliki hati ikhlas,

طوبى للمخلصين الذين اذا حضروا لم يعرفوا, واذا غابوا لم يفتقدوا اولئك مصابيح الهدى تنجلى بهم كل فتنة ظلماء

“Aduhai betapa bahagia mereka yang berhati ikhlas: mereka yang ketika hadir tak di kenal. Manakala pergi mereka dicari kesana kemari. Mereka itulah obor obor yang menerangi jalan. Melalui mereka, tampak terang benderang segala fitnah orang–orang dzolim,”.

KH. M. Danial Nafis mendefinisikan ikhlas sebagai bentuk penghambaan kepada Allah Swt dengan tanpa mengharapkan pujian dan tidak peduli dengan celaan manusia.

“Ikhlas adalah segala bentuk ibadah dan Penghambaan-mu hanya untuk Allah, karena Allah dan tertuju kepada-Nya. Orang yang ikhlas itu tidak perduli celaan manusia, dan tidak mengharapkan pujian manusia,” ucapnya.

Sedangkan lawan dari Ikhlas adalah Riya’ yaitu mengharapkan pujian dari manusia terhadap segala perbuatan baik yang telah dilakukan.

Perbuatan riya’ sangat dilarang oleh Allah Swt. Sebagaimana dalam firman-Nya,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

Artinya : Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan ( Q.S. al-Anfal : 47 )

Penyebab dari adanya sifat riya’ yaitu menganggap bahwa ada keagungan lain yang terdapat di dalam diri manusia. Sehingga ia senantiasa berharap adanya pujian dari manusia.
“Lawan dari ikhlas adalah Riya’, yaitu pamer. Penyebabnya adalah dia melihat ada keagungan yang terdapat pada manusia. Sehingga berharap sanjungan pujian dari makhluk agar mendapatkan posisi di makhluk,” ucap Kyai Nafis.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain