Ilustrasi bermain game online. (Dok. Kredivo)

Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI), Adam Ardisasmita menyatakan bahwa Indonesia perlu 3.000 S per tahun untuk mengembangkan industri game lokal.

“Saat ini, perhatian tidak hanya tertuju pada jumlahnya, tetapi juga kualitasnya yang harus ditingkatkan,” ungkap Adam dalam wawancara dengan Antara di Jakarta pada hari Sabtu (2/12).

Selain menciptakan sumber daya manusia baru, Adam mengakui kebutuhan akan upskilling (peningkatan keterampilan) bagi SDM yang sudah ada. AGI mencatat bahwa Indonesia saat ini mengalami kekurangan tenaga ahli di industri game pada tingkat senior.

Keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan industri game lokal mencakup tiga bidang utama, yaitu desain, seni, dan pemrograman. Dalam desain, diperlukan keterampilan seperti desain naratif, desain cerita, dan desain level.

“Di bidang seni, termasuk 2D, 3D, animasi, efek visual, seniman teknis, audio, dan lain-lain,” terang Adam. Sementara dalam bidang pemrograman, diperlukan keterampilan seperti system programming, engine programming, back end programming, dan lainnya. Peran dan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri juga tergantung pada genre dan cakupan game yang sedang dikembangkan.

Adam juga menyoroti beberapa tantangan dalam mengembangkan industri game, termasuk kurangnya keterhubungan antara industri game dan dunia akademik, sehingga lulusan sulit diserap oleh industri game.

“Dalam beberapa kasus, mahasiswa yang berminat pada industri game mengalami kesulitan menemukan tempat magang karena skala industri game di Indonesia masih kecil dibandingkan dengan jumlah mahasiswa,” paparnya.

Sebagai solusi, Adam menunjukkan bahwa beberapa kementerian telah memberikan perhatian terhadap isu ini dan menyelenggarakan program-program pengembangan, seperti Digital Talent Scholarship dari Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Gameseed dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

“Kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga sudah dimulai, dan kami berharap dampaknya semakin besar di masa depan,” kata Adam.

Dia menekankan perlunya partisipasi dari industri, pemerintah, komunitas, akademisi, dan media dalam pembangunan ini untuk memajukan bakat yang ada di Indonesia.

“Kami berbicara tentang ekosistem dan penciptaan bakat sebagai investasi jangka panjang,” tambahnya.

Dengan demikian, Indonesia diharapkan dapat menjadi lingkungan yang mendukung bagi industri game untuk berkembang.

“Kami menyadari bahwa mencetak bakat adalah investasi jangka panjang, dan dampak dari intervensi yang dilakukan hari ini mungkin baru akan terasa 5-10 tahun ke depan,” ungkap Adam.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan