Beijing, aktual.com – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning menyatakan bahwa China memberikan dukungan terhadap kesepakatan yang dihasilkan dalam Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim yang ke-28 (COP28) yang diselenggarakan di Dubai.
“China menilai COP28 penting. Selama COP28, China berpartisipasi penuh dalam konsultasi mengenai semua topik dan berkoordinasi erat dengan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai ketua COP28, dan pihak-pihak lain agar dapat secara tegas mengutamakan kepentingan bersama negara-negara berkembang,” kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China, Kamis (14/12).
Konferensi tahunan yang dimulai sejak 30 November dan berakhir pada 13 Desember melibatkan lebih dari 190 negara yang telah meratifikasi UNFCCC. Hasil dari COP28 Dubai adalah seruan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, seperti minyak, gas, dan batu bara.
“Setelah dua pekan negosiasi yang alot dan satu hari perpanjangan waktu, COP28 di Dubai selesai pada 13 Desember. Konferensi tersebut menyelesaikan Inventarisasi Global yang pertama sejak Perjanjian Paris berlaku, meninjau kemajuan dan kesenjangan pada masa lalu, dan memetakan arah implementasi Perjanjian Paris,” ujar Mao NIng.
Mao Ning menyatakan bahwa pencapaian kesepakatan dalam COP28 mencerminkan adanya konsensus yang kuat dari semua pihak tentang urgensi penanggulangan perubahan iklim.
“COP28 menegaskan kembali prinsip tanggung jawab bersama tetapi berbeda-beda,” ungkap Mao Ning.
Mao Ning mengungkapkan bahwa dalam COP28, diambil sejumlah keputusan yang berkaitan dengan negara-negara berkembang, termasuk keputusan terkait Dana Kerugian dan Kerusakan, Kerangka Tujuan Global tentang Adaptasi, Program Kerja Transisi yang Adil, dan keputusan lainnya.
“Meskipun demikian, belum ada kemajuan besar yang dicapai dalam memenuhi janji negara-negara maju untuk memimpin pengurangan emisi, dan memberikan dukungan modal, teknologi, dan peningkatan kapasitas kepada negara-negara berkembang,” ucap Mao Nnng.
Dia melanjutkan dengan menyebutkan bahwa isu lainnya adalah langkah-langkah satu pihak yang dapat menghambat kerja sama internasional karena belum diselesaikan dengan baik.
“Membangun sistem tata kelola iklim global yang adil, masuk akal, kooperatif, dan saling menguntungkan masih merupakan tugas berat,” tambah Mao Ning.
China juga berencana untuk menyajikan solusi dalam negosiasi mengenai isu-isu krusial, melibatkan semua pihak untuk mencapai titik temu sambil menyelesaikan perbedaan, serta memberikan kontribusi yang signifikan untuk mencapai hasil positif.
Mao Ning menyatakan bahwa ke depannya, China akan tetap berkomitmen pada pendekatan modernisasi yang memadukan hubungan antara manusia dan alam, terus memajukan kerja sama internasional dalam menangani perubahan iklim, dan bekerja sama dengan semua pihak untuk mendukung penerapan Perjanjian Paris dengan efektif.
Negosiasi dalam COP28 melalui melalui perdebatan sengit selama dua pekan di Dubai, hingga akhirnya mencapai kesepakatan yang menyerukan “peralihan dari bahan bakar fosil dalam sistem energi, dengan cara yang adil, teratur, dan berkeadilan… untuk mencapai netral karbon pada 2050 sesuai sains.”
Lebih dari 100 negara telah berupaya keras untuk menggabungkan kata “menghentikan” dalam perjanjian iklim global terkait penggunaan minyak, gas, dan batu bara.
Namun, mereka menghadapi resistensi yang kuat dari kelompok negara produsen minyak OPEC yang dipimpin oleh Arab Saudi. Kelompok ini berpendapat bahwa pengurangan emisi dapat dicapai tanpa mengecualikan penggunaan bahan bakar secara spesifik.
Negara-negara OPEC, yang memiliki hampir 80 persen cadangan minyak dunia dan menghasilkan sekitar sepertiga dari produksi minyak global, sangat bergantung pada komoditas tersebut.
Sementara itu, negara-negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim menjadi kelompok yang paling vokal dalam mendesak untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil.
Dukungan untuk tuntutan mereka datang dari negara-negara produsen minyak dan gas seperti Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, dan juga dari Uni Eropa serta beberapa negara lain.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain