Jakarta, Aktual.com – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University memberikan apresiasi atas hadirnya ACEXI sebagai wadah bagi para ahli. Dia menekankan bahwa kebijakan dan teknologi untuk mengurangi emisi karbon, seperti harga karbon, perdagangan karbon, dan pajak karbon, merupakan ilmu dan teknologi yang relatif baru.

Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001–2004, Rokhmin Dahuri menyatakan hal tersebut saat acara Grand Launching Association of Carbon Emission Experts Indonesia (ACEXI) di Jakarta pada hari Rabu, (13/12).

Selain itu, keberadaan ahli, pakar, dan tenaga ahli di bidang ini masih sangat terbatas di Indonesia. Padahal, ketika berbicara tentang emisi karbon dan potensi Indonesia sebagai penyerap karbon (carbon sink), negara ini merupakan salah satu yang memiliki peran penting di tingkat global.

“Kita harus bangga, bahagia dan bersyukur karena menjadi bagian dari ACEXI yang didirikan teman-teman muda semua. Indonesia merupakan big player (carbon sink), karena hutan kita luas, terluas ketiga di dunia. Dari segi blue carbon kita juga terbesar, punya potensi yang besar. Karena, sekitar 77% luas wilayah NKRI berupa laut, dan memiliki garis pantai 108.000 km (terpanjang kedua di dunia, setelah Kanada). Di wilayah pesisir dan laut terhampar ekosistem hutan mangrove sekitar 20 juta ha (terluas di dunia), 85.000 km2 terumbu karang (terluka kedua di dunia), dan padang lamun (seagrass beds) terluka di dunia,” terangnya.

Ketiga ekosistem pesisir ini memiliki kemampuan menyerap karbon (carbon sink atau carbon squestrisian) yang sangat besar. Dari segi emisi karbon, Indonesia pun merupakan salah satu big player. Terutama dari aktivitas pembukaan lahan gambut, rawa, dan hutan,” imbuh Rokhmin.

Ketua umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI) juga memberikan peringatan jika Indonesia merupakan negara yang paling terdampak oleh perubahan iklim global. Karena Indonesia terletak di wilayah tropis, bahkan sedikit kenaikan suhu dapat menyebabkan kerusakan pada aspek biologi dan ekologi.

Hal ini disebabkan oleh ketahanan organisme di wilayah tropis yang sangat rendah terhadap perubahan suhu.

“Naik 3 derajat saja (organisme di Indonesia) sudah terdampak semua. Kemudian, 70 persen pesisir Indonesia landai sehingga akan terdampak sekali apabila terjadi peningkatan permukaan laut akibat Global Warming. Untuk itu, kita tergabung dalam ACEXI. Menurut saya, kita di wadah yang tepat. Indonesia dan dunia membutuhkan ahli semacam kita. ACEXI bukan sekadar memberikan manfaat untuk individu, tapi juga memberi benefit bagi Indonesia dan dunia,” tutur Rokhmin.

ACEXI adalah platform kolaborasi para profesional di bidang emisi karbon di Indonesia, bertujuan untuk menciptakan ekosistem kemajuan dalam dekarbonisasi.

ACEXI dipimpin oleh Lastyo Kuntoaji Lukito sebagai Ketua Umum, Brian Pramudita sebagai Sekretaris Jenderal, Dr. Poempida Hidayatullah sebagai Ketua Dewan Pengawas, Prof. Esvin Aldrian sebagai Ketua Dewan Pakar, dan Prof. Rokhmin Dahuri sebagai Ketua Dewan Pembina.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Yunita Wisikaningsih