Jakarta, Aktual.com – Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kritik terhadap praktek pengecatan kantor wali kota dengan warna yang sesuai dengan afiliasi partai politik yang sedang berkuasa.
Jokowi menyatakan bahwa dia dapat dengan cepat mengidentifikasi afiliasi partai politik pemimpin suatu daerah hanya dengan melihat pengecatan pada kantor pemerintahannya.
“Waduh nggak nyambung, kantor-kantornya, pemkot juga dicat ungu, ini apa toh ini? Kalau saya sudah hampir setiap hari sih ke daerah, jadi tahu, oh ini dari partai ini wali kotanya, ini dari partai ini, termasuk baju yang kita pakai sekarang ini,” kata Jokowi saat Munaslub Apeksi di Puri Begawan, Bogor.
Dalam hadapan peserta Munaslub, Jokowi awalnya menyoroti pentingnya bagi kepala daerah untuk menonjolkan karakteristik unik dari kota mereka masing-masing. Ini perlu direncanakan dengan perancangan yang cermat.
Meskipun demikian, Jokowi menyatakan bahwa seringkali warna kota tersebut tidak mencerminkan karakteristik sebenarnya dari kota tersebut. Warna kota terpaksa diadopsi agar sejalan dengan afiliasi partai politik yang menduduki jabatan wali kota.
“Gagasan besarnya ada, direncanakan dengan baik, direncanakan dengan detail, ada gambarnya, ada detail engineering-nya, sehingga setiap… Ini tugas Pak Pj Wali Kota karena kan waktunya pendek, ya dibuat itu perencanaan kotanya detail sudah, landscape kotanya, undang arsitek-arsitek landscape yang baik, sehingga kotanya itu saya kadang-kadang kalau masuk ke sebuah kota dari si catnya saja sudah tahu ini (walkot) dari partai apa,” terang Jokowi.
Jokowi mencatat bahwa penentuan warna partai yang dipaksakan di suatu kota seringkali tidak sejalan dengan karakteristiknya. Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa situasi tersebut masih berlangsung karena pemimpin kota berasal dari partai politik tertentu.
“Masa warna partai masuk ke kota, ini nggak nyambung kan, tapi dipaksakan, karena pemimpinnya dari partai, saya nggak sebut partai apa, dari partai A, wah langsung catnya ungu,” kata Jokowi.
Artikel ini ditulis oleh:
Yunita Wisikaningsih