Pasukan Houthi mengibarkan bendera Yaman dan Palestina dalam parade bersenjata yang dihadiri lebih dari 20.000 anggota yang telah menyelesaikan kursus militer. (Foto: Mohammed Hamoud/Getty Images)

Teheran, Aktual.com – Kelompok bersenjata asal Yaman yang dikenal sebagai Houthi dikabarkan melatih 20.000 tentara cadangan untuk mendukung milisi Hamas di Jalur Gaza dalam menghadapi serangan tentara Israel.

Isu ini muncul setelah laporan dari kantor berita lokal di Yaman menyebutkan bahwa Houthi menggelar parade militer di Provinsi Hajjah, barat laut Yaman, pada akhir pekan kemarin. Hal ini dianggap sebagai tanda selesainya latihan militer bagi 20.000 tentara cadangan yang rencananya akan dikirim ke Gaza.

Walaupun belum diketahui secara pasti kapan mobilisasi puluhan ribu tentara cadangan tersebut akan dilakukan, strategi ini bertujuan memberikan tekanan pada Israel, yang baru-baru ini mengalami kemunduran akibat tewasnya ratusan tentara.

Sejak eskalasi konflik antara Hamas dan Israel, Milisi Houthi Yaman menjadi salah satu kelompok yang memberikan dukungan vokal kepada Gaza. Baru-baru ini, Houthi juga terlibat dalam serangan maritim terhadap kapal dagang Israel.

Houthi Yaman juga memperingatkan kapal – kapal dagang internasional untuk tidak melakukan perjalanan menuju Israel melalui Laut Merah, apabila peringatan tersebut dilanggar pasukan Houthi Yaman tak segan meledakan kapal tersebut menggunakan drone balistik dan drone bersenjata.

Ancaman ini diutarakan sebagai bentuk protes terhadap invasi dan tindakan blokade bantuan kemanusiaan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, yang telah menyebabkan kematian lebih dari 20 ribu orang, termasuk anak-anak dan wanita.

Pejabat Houthi menyatakan bahwa tindakan mereka merupakan bentuk dukungan terhadap Palestina.

Sementara itu merespon ancaman ini pemerintah Israel mengatakan serangan terhadap kapal sekutu adalah tindakan terorisme yang mempunyai konsekuensi terhadap keamanan maritim internasional.

Dampak dari ultimatum Houthi terasa, di mana kapal dagang internasional yang akan menuju Israel harus memutar arah mengelilingi Afrika untuk mencapai jalur Terusan Suez yang menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah.

Hal ini telah menyebabkan kerugian signifikan bagi Israel, diperkirakan mencapai 3 miliar dolar AS, akibat terputusnya jalur maritim melalui Laut Merah dan Laut Arab. Biaya pengiriman impor melonjak, dan keuntungan pasar mengalami penurunan sebesar 85 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan