Medan, Aktual.com — Operasi pendataan titik minyak yang dilakukan oleh PT.Elnusa, yang disebut-sebut sebagai anak perusahaan PT Pertamina EP Pangkalan Susu, di kawasan Desa Sei Meincirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, dengan menggunakan bom terus menuai protes warga.
Pasalnya, ledakan demi ledakan yang terdengar cukup keras serta menggetarkan rumah penduduk di sekitarnya, semakin dikhawatirkan berdampak parah.
“Ini sudah meresahkan, kami warga mau ini dihentikan. Ini bukan cuma soal bangunan rusak, kalau itu bisa diganti, tapi soal nyawa, apa bisa diganti?,” teriak seorang warga komplek Griya Sapta Marga dengan nada kesal, memprotes ledakan bom di hadapan sejumlah pekerja PT.Elnusa.
Terlihat warga juga mengeluhkan, tidak adanya sosialisasi sebelumnya dalam melakukan pengeboran tersebut. Nampaknya, pihak perusahaan dinilai tidak menghormati dan menghargai warga sekitar.
“Gimana kalau kupotong aja kabelnya? Boleh? Atau bakar aja sekalian komplek ini, biar puas kalian, asal nyelonong aja kalian,” teriak warga lain dengan nada ketus.
Sementara itu, seorang Putriani, bidan setempat mengamini dampak dari suara keras dari ledakan bom itu. Menurutnya, secara medis, ledakan itu berdampak buruk bagi kesehatan.
“Iya, pasti sangat mengganggu apalagi yang penyakit jantung, anak-anak, bisa bisa fatal lah,” kata Putriani.
Kata ia, terlihat hasil negosiasi dengan warga, dimana pihak perusahaan akhirnya menyetujui soal permohonan kompensasi pengobatan warga dan anak-anak yang terkena dampak ledakan.
Tak hanya itu, perusahaan itu juga menyetujui kompensasi perbaikan rumah yang rusak akibat getaran ledakan.
“Ya, kalau ada kerusakan, kita akan siapkan material bangunan dan tukang untuk memperbaiki bangunan yang rusak,” ujar Aswin yang disebut-sebut sebagai penanggungjawab perusahaan El Nusa.
Sementara itu, karyawan lainnya Fadli menerangkan, bahwa soal kompensasi, pihaknya hanya memberikan kepada rumah warga yang dilintasi oleh kabel dan titik pengeboran.
“Kalau yang 300 meter itu mendapatkan sosialisasi sebelumnya, bukan kompensasi,” katanya.
Disinggung terkait dana Rp50 juta yang diserahkan kepada kepala Desa, Fadli menjelaskan, bahwa uang itu adalah bentuk jaminan.
“Itu jaminan kalau kami nggak bakal ‘lari’ (pergi-red),” katanya lagi.
Untuk diketahui, sejak siang sudah terjadi delapan kali ledakan keras walau disebut-sebut titik pengeboran berada jauh dari pemukiman warga. Warga terlihat terus mengeluhkan ledakan yang masih terus terjadi dan terus memprotes agar peledakan dihentikan.
Artikel ini ditulis oleh: