Jakarta, Aktual.com – Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menilai tak semestinya pernyataan calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan dalam debat ketiga Pilpres 2024 dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Diketahui, Dalam debat itu, Anies mengungkap data lahan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto.

Usai debat, sekolompok orang yang menamakan Pendekar Hukum Pemilu Bersih (PHPB) melaporkan Anies ke Bawaslu atas dugaan fitnah.

Hasto mengatakan Anies tidak seharusnya dilaporkan mengingat debat capres adalah instrumen demokrasi yang menjadi sarana adu gagasan terbaik. Ia melihat pelaporan ini sebagai salah satu bentuk pengingkaran terhadap demokrasi dalam proses pemilu.

“Debat ya debat, kalah debat tidak usah saling mengadukan. Apalagi dengan berbagai sentimen menyerang pribadi, tidak ada yang diserang pribadi karena rakyat harus tahu dan apa yang disampaikan itu bukan rahasia negara,” kata Hasto di Kantor DPD PDIP DIY, Kota Yogyakarta, Sabtu (13/1).

“Itu (debat) untuk mengukur bagaimana seorang pemimpin hal terkait dengan geopolitik, hubungan luar negeri, pertahanan, keamanan, sesuatu yang harus dipahami,” sambungnya.

Hasto justru melihat munculnya benih-benih sikap otoritarian dengan adanya pelaporan ke Bawaslu ini.

“Kalau belum berkuasa saja, hanya karena debat sudah dilaporkan, apalagi nanti kalau berkuasa. Jadi, terlepas ke Bawaslu laporannya, tetapi ini menunjukkan benih-benih otoritarian itu akan bekerja kembali,” ujarnya.

Pelaporan macam ini, serta berbagai bentuk intimidasi sepanjang proses pemilu atau Pilpres 2024 ini pula yang menurut Hasto, telah membangkitkan hubungan emosional antara kubu tim pemenangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimmin Iskandar (AMIN).

Praktik intimidasi ini membuka jalan bagi kubu paslon pilpres nomor urut 01 dan 03 untuk saling berkomunikasi hingga muncul isu koalisi antarkedua belah kubu jika Pilpres lanjut ke putaran dua.

“Jadi jangan salahkan karena kalah debat, akibat emosional kemudian melakukan gugatan hukum. Ini yang menjadi bagian yang kemudian menciptakan emotional bonding,” kata Hasto.

Artikel ini ditulis oleh:

Ilyus Alfarizi