Jenewa, Aktual.com – Presiden Israel, Isaac Herzog pada Kamis (18/1) menuntut pembebasan para sandera yang sedang ditahan di Jalur Gaza dan menjamin keselamatan warga Israel untuk mengakhiri serangan Tel Aviv terhadap wilayah kantung Palestina.
“Untuk mengubah keadaan, kita perlu mendapatkan kembali para sandera. Kita harus mencegah teror kembali terjadi, dan kita harus bergerak menuju normalisasi di kawasan ini,” kata Isaac Herzog di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
“Rakyat Israel kehilangan kepercayaan dalam proses perdamaian, karena mereka dapat melihat bahwa teror dimuliakan oleh tetangga kami,” sebut Herzog, menambahkan bahwa warga di Israel ingin mengetahui sebuah serangan yang serupa dengan serangan yang terjadi pada 7 Oktober oleh kelompok Palestina Hamas tidak akan terjadi lagi.
Herzog menegaskan bahwa Israel tidak hanya berhadapan dengan Hamas tetapi juga menunjuk Iran sebagai sumber semua ancaman.
“Ada sebuah kekuatan jahat yang berasal dari Teheran yang menghabiskan miliaran dolar untuk membeli senjata, merusak stabilitas kawasan dan dunia. Hal ini perlu diatasi melalui koalisi yang sangat kuat,” ujarnya.
Presiden Israel menyatakan bahwa penumbangan Hamas diperlukan untuk menciptakan “masa depan yang lebih baik bagi rakyat Palestina.”
Dia juga mengklaim bahwa Israel berperang untuk “seluruh dunia” dan menegaskan bahwa Eropa dan Amerika Serikat akan menjadi target selanjutnya jika bukan karena Tel Aviv.
Herzog mengecam tudingan genosida yang diajukan oleh Afrika Selatan terhadap negaranya di Mahkamah Internasional di Den Haag, menyebutnya gugatan tersebut “keterlaluan.”
Terkait solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina, Herzog menyatakan bahwa masalah keamanan warga Israel harus diatasi terlebih dahulu.
Israel telah melancarkan serangan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 24.448 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 61.504 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat. Sekitar 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan