Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Ibu Iriana Joko Widodo (kanan) disambut Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (kedua kiri) serta Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kiri) saat tiba di kediaman Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri untuk mengikuti Peringatan Haul Tiga Tahun Meninggalnya Mantan Ketua MPR Taufiq Kiemas serta buka puasa bersama di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (8/6). Sejumlah tokoh nasional dan petinggi partai politik hadir dalam peringatan tersebut, termasuk Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo, menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo mengenai keberpihakan presiden dalam Pemilu 2024. Rudyatmo mengajukan pertanyaan terkait konsistensi Jokowi dalam menghadapi dinamika pemilu kali ini.

Rudyatmo memahami bahwa aturan perundang-undangan memperbolehkan presiden terlibat dalam kampanye, tetapi ia merasa pernyataan Jokowi tidak sesuai dengan sikap netral yang selama ini dijunjungnya.

“Kalau Presiden ikut kampanye, memihak, kenapa kemarin ngendika (bilang) netral?” ujar FX Rudy di kediamannya, Rabu (24/1).

Ia menyinggung tentang watak pejabat politik yang disebut Jokowi sebagai presiden, sementara pejabat politik di tingkat daerah merasakan intimidasi. Rudyatmo membandingkan sikap Jokowi dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, yang dinilainya konsisten dalam sikap.

“Ketum saya konsisten. Menolak ya menolak. Menolak perpanjangan tiga periode karena tidak sesuai dengan amanat reformasi dan melanggar konstitusi. Itu namanya konsisten,” tegas Rudyatmo.

Sebelumnya, Jokowi menyatakan bahwa seorang presiden boleh memihak dan berkampanye dalam pilpres asalkan mengikuti aturan waktu kampanye dan tidak menggunakan fasilitas negara.

Pernyataan Jokowi tersebut sebagai respons terhadap kritik terhadap menteri-menteri yang terlibat dalam kampanye Pilpres 2024. Jokowi menekankan bahwa presiden selain menjadi pejabat publik juga berstatus sebagai pejabat politik.

Artikel ini ditulis oleh:

Jalil