Ilustrasi makanan sehat. (ANTARA/Shutterstock/Tatjana Baibakova)

Jakarta, aktual.com – Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI dr. Yoga Devaera, Sp.A(K) dalam diskusi daring mengenai food estate yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia, Kamis, mengungkapkan terdapat lima kunci utama untuk menjaga keamanan pangan.

Pertama adalah menjaga kebersihan karena meski kebanyakan mikroba tidak menyebabkan gangguan kesehatan, namun mikroba patogen tersebar luas di tanah, air, hewan, dan manusia. Mikroba ini terbawa oleh pangan, serbet, dan peralatan terutama pada talenan yang dapat mencemari pangan dan menyebabkan penyakit.

Kedua adalah memisahkan pangan mentah dari pangan matang. Pangan mentah, terutama daging sapi, daging unggas, seafood, dan cairan yang ditimbulkan dapat mengandung mikroba patogen yang dapat mencemari pangan lainnya selama pengolahan dan penyimpanan.

Poin ketiga, Yoga menjelaskan, adalah memasak pangan dengan tepat karena dapat membunuh mikroba patogen. Pangan yang dimasak dengan suhu internal 70 derajat Celcius dapat memberikan kepastian pangan aman untuk dikonsumsi. Pangan yang benar-benar harus diperhatikan adalah daging, terutama daging cincang, daging panggang utuh, dan potongan daging besar.

Cara keempat menjaga keamanan pangan adalah menjaga pangan pada suhu aman. Mikroba dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang. Dengan menjaga suhu di bawah 5 derajat Celcius atau di atas 60 derajat Celcius, pertumbuhan mikroba lebih lambat atau terhenti. Beberapa mikroba patogen dapat tumbuh pada suhu di bawah 5 derajat Celcius.

“Dinginkan, panaskan, atau habiskan dalam kurun waktu dua jam kalau untuk anak bayi dan balita yang menggunakan MPASI (Makanan Pendamping ASI),” ujar dia.

Terakhir menggunakan air dan bahan baku yang aman. Bahan baku, termasuk air dan es dapat terkontaminasi oleh mikroba patogen dan bahan kimia berbahaya. Racun dapat terbentuk dari pangan yang rusak dan berjamur. Memilih bahan baku dan perlakuan sederhana seperti mencuci dan mengupas kulitnya dapat mengurangi risiko.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain