Jakarta, aktual.com – Peneliti Indo Barometer, M Qodari menanggapi adanya anomali dalam survei tingkat elektabilitas capres-cawapres yang disampaikan lembaga survei dan konsultan politik Indopol terkait Pemilu 2024.

Dikatakan Qodari bahwa persoalan anomali survei yang menunjukkan tingginya ”undecided voters”, hanya menggambarkan kegagalan atau ketidakmampuan lembaga survei tersebut dalam melakukan survei.

“Berarti kalau itu dinyatakan oleh lembaga tertentu, itu adalah kegagalan atau ketidakmampuan lembaga tersebut untuk melakukan survei dengan benar,” kata Qodari di kawasan Jakarta Selatan, Jumat, (26/1).

Berdasarkan pengalamannya menggelar survei, sejak 2003 silam, Qodari hanya menemukan persentase responden yang menyembunyikan pilihannya saat disurvei sangat kecil.

“Sejauh ini masyarakat di Indonesia itu tidak punya kendala untuk menyampaikan pilihannya justru banyak responden itu malah senang cerita” tutur Qodari.

“Jangankan sekarang ketika era demokrasi itu sudah lama dinikmati masyarakat Indonesia, bahkan waktu dulu kami survei tahun 2003 belum lama lepas dari orde baru masyarakat Indonesia itu terbuka terhadap pilihannya,” lanjutnya.

Menurut Qodari, kalau ada responden yang tidak mau menyatakan pilihannya atau tidak mau dipetakan akan berimbas pada angka tidak tahu atau tindak menjawab atau rahasia akan menjadi besar. 

“Namun kenyataannya antara 3 sampai 5 persen,” tuturnya.

Sebelumnya, Lembaga Survei dan Konsultan Indopol tak merilis tingkat elektabilitas setiap pasangan calon presiden-calon wakil presiden karena selama survei berlangsung menghadapi penolakan dari sejumlah kepala desa dan lurah.

Penolakan itu dinilai anomali karena tak terjadi pada beberapa survei sebelumnya. Meski demikian, dari hasil survei yang terhimpun terekam bahwa terdapat fenomena tingginya angka pemilih bimbang atau undecided voters di sejumlah wilayah.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain