Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol. Marthinus Hukom mengatakan pihaknya tengah menelusuri indikasi pemanfaatan warga Aceh oleh bandar narkotika untuk mengelola ladang ganja.
“Fenomena ini kita sedang meneliti juga, apakah ini ada sindikasi yang kemudian memberikan modal kepada mereka terus mereka menanam lalu hasil panen dibawa kembali ke Jakarta,” kata Marthinus saat ditemui di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (2/4).
Penelusuran itu dilakukan BNN lantaran banyak ganja yang diedarkan di wilayah Pulau Jawa, khususnya Jakarta berasal dari ladang yang ada di Aceh.
Dari beberapa kasus penemuan ladang ganja di Aceh, menurut dia, mayoritas lahan tersebut pun dikelola oleh masyarakat setempat.
Marthinus mengatakan para petani ini diduga juga mendapat pemasukan karena mau mengelola ladang ganja. Setelah panen, ganja tersebut dijual bandar dengan harga tinggi.
“Petani mungkin dia dapat Rp10 juta atau Rp20 juta, tapi yang mendapatkan keuntungan besar itu ya bandar besarnya yang memang dia sebagai penampung lalu dia mengedarkan dengan harga yang sangat tinggi sekali,” kata Marthius.
Menurut Martinus, menanam tanaman ganja bagi sebagian masyarakat Aceh merupakan bagian dari tradisi. Namun demikian, dia menilai masyarakat harus diedukasi bahwa aktivitas tersebut bagian dari sindikat yang memanfaatkan warga itu.
Jika terus berlanjut, dia menilai aktivitas peredaran ganja di seluruh Indonesia akan sulit untuk dikurangi. Oleh karena itu, jajaran BBN pun akan melakukan beragam pendekatan demi meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak dari penanaman ganja itu.
“Kami akan melakukan berbagai pendekatan seperti pendekatan komunitas, pendekatan intelijen, pendekatan penegakan hukum, pendekatan ekonomi, dan lain-lain agar kekuatan bandar ini itu tidak boleh berakar di masyarakat,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan