Jakarta, Aktual.co — Pertamina membutuhkan Refinery Development Master Plan (RDMP) untuk memperbarui kilang minyak agar tetap ekonomis dan hasil produksi kilang lebih murah daripada impor.
“Indonesia hanya memenuhi 48 persen dari kebutuhan bahan bakar dalam negeri sehingga produksi bahan bakar lokal akan menurun menjadi 38 persen tanpa RDMP,” kata Vice President Strategic, Business Development, and Operation Risk Pertamina Achmad Fathoni Mahmud di Jakarta, Jumat (23/1).
Menurut Ahmad, dengan menurunnya produksi bahan bakar sebesar 38 persen tersebut menyebabkan tingkat pemenuhan bahan bakar domestik Indonesia cukup rendah dibandingkan dengan negara tetangga lainnya.
Alasan lainnya, menurut Ahmad, diperlukannya RMPD adalah fleksibelitas kompleksitas kilang Pertamina yang masih rendah sehingga menyebabkan daya saing yang kurang.
“Kilang exsisting Indonesia memiliki profitabilitas rendah yang disebabkan oleh rendahnya kompleksitas kilang,” ujarnya.
Kemudian alasan lainnya adalah berkurangnya produksi minyak mentah dalam negeri akibat produksi minyak mentah dalam negeri yang juga berkurang.
“Minyak mentah impor yang ada didominasi oleh sumber minyak mentah yang tidak dapat diolah oleh kilang pertamina dengan konfigurasi saat ini,” katanya.
Ia menegaskan, RDMP akan membantu mengurangi defisit bahan bakar di Indonesia, khususnya untuk bensin dan solar.
“RDMP akan mentransformasikan bisnis pengolahan Pertamina dengan perbaikan lima kilang utama antara lain Dumai, Cilacap, Balongan, Plaju, dan Balikpapan melalui peningkatan kapasitas dan kompleksitas kilang serta kualitas produk yang dihasilkan,” kata Ahmad.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka














