Kilang Minyak. (Foto: Ilustrasi/Ist)

Jakarta, Aktual.com – Pada awal perdagangan Asia, Selasa (28/5) pagi, harga minyak cenderung stabil. Investor sedang menunggu data inflasi untuk mengevaluasi kebijakan moneter AS yang akan datang, serta keputusan kebijakan produksi dari pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada 2 Juni 2024.

Dilansir Reuters, kontrak minyak mentah Brent untuk Juli turun tipis 3 sen menjadi US$83,07 per barel pada pukul 00.38 GMT. Kontrak Agustus yang lebih aktif turun 4 sen menjadi US$82,85.

Sementara, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Juli berada di US$78,68, naik 96 sen, atau 1,2 persen, dari penutupan Jumat, setelah diperdagangkan selama hari libur AS untuk menandai Hari Peringatan.

Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada Senin dalam perdagangan yang lesu karena libur umum di Inggris dan Amerika Serikat (AS) setelah minggu yang suram ditandai dengan prospek suku bunga AS dalam menghadapi inflasi yang tinggi.

“Investor fokus pada data inflasi AS untuk menentukan waktu penurunan suku bunga,” ujar Analis Komoditas Rakuten Securities Satoru Yoshida.

Ia menambahkan pasar juga mencermati pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) yang akan datang.

“Kami memperkirakan harga minyak akan bergerak lebih tinggi dalam beberapa hari mendatang karena antisipasi berlanjutnya penurunan produksi secara sukarela oleh produsen minyak dan meningkatnya prospek pelonggaran kebijakan moneter AS,” katanya, seraya menambahkan bahwa awal musim mengemudi di AS juga akan memberikan dukungan.

Indeks pengeluaran konsumsi pribadi AS yang diperkirakan pada minggu ini akan menjadi sorotan untuk memberikan sinyal lebih lanjut mengenai kebijakan suku bunga. Indeks tersebut, yang akan dirilis pada 31 Mei, dipandang sebagai ukuran inflasi pilihan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/ The Fed) untuk mengambil kebijakan.

Data inflasi Jerman pada Rabu dan pembacaan zona euro pada Jumat juga akan diawasi untuk melihat tanda-tanda penurunan suku bunga Eropa yang telah diperkirakan oleh para pedagang untuk minggu depan.

Semua perhatian juga tertuju pada pertemuan online OPEC+ yang akan datang pada 2 Juni.
Para produsen akan mendiskusikan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga paruh kedua tahun ini, dengan tiga sumber dari negara-negara OPEC+ mengatakan kemungkinan perpanjangan tersebut.

Kendati, Goldman Sachs menaikkan perkiraan permintaan minyak global untuk 2030 pada Senin dan memperkirakan konsumsi akan mencapai puncaknya pada 2034 karena potensi perlambatan dalam adopsi kendaraan listrik (EV), sehingga menjaga kilang tetap beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata hingga akhir dekade ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra