Pekanbaru, Aktual.com – Menyongsong pemilu 2024, Ketua Umum HMI Cabang Pekanbaru, Novry Adriansyah memprediksi akan terjadi pergeseran nilai dalam praktik pemilu. Hal ini dimotivasi oleh fakta bahwa masyarakat cenderung memperlakukan pemilu sebagai ajang adu kuat anggaran yang menjajikan keuntungan finansial sesaat. Dalam praktiknya, probabilitas jual beli suara menjadi lebih tinggi, yang pada akhirnya akan membudayakan pragmatisme politik.
Dalam pandangan Novry, praktik jual beli suara mengancam ujian integritas dan kecerdasan berpolitik. Para kontestan politik menjadi pesimis bila tidak melakukan pembelian suara, disamping fakta bahwa partai politik tak lagi optimal dalam menanamkan benih kepemimpinan politik kepada calon pemimpin nasional.
“Analoginya, partai politik merupakan perahu kontestasi yang harus dijadikan alat Political Will. Namun, tak jarang pemilu pun tumbang seiring relevansi uang dalam dunia politik,” jelas Novry Kamis (1/8).
Menjawab tantangan tersebut, Novry mengajak semua pihak yang terlibat dalam pemilu untuk merefleksikan berbagai fenomena terjadi pada pemilu 2024. Kita harus menyadari bahwa pemilu sebagai instrumen politik bukan hanya menuntut kesadaran diri terhadap elemen formal bernegara.
Sebab itu, pemilu harus melibatkan aspek ketuhanan, kemanusiaan dan pandangan Pancasila agar tercipta keadilan politik. Novry juga menambahkan bahwa pemilu harus dievaluasi dan diperbaiki secara sistematik agar dapat melahirkan pemilih yang berintegritas.
Dalam perspektif ini, pemilu bukan hanya sekadar ajang bergengsi untuk merebut kekuasaan, tetapi sebagai agenda penting bagi setiap warga negara yang perhatian terhadap kemajuan politik dan sosial negara. Seperti preparasi menyambut pilkada serentak, sebuah odyssey politik yang harus diantisipasi kebobrokannya. Rohingnya HMI Cabang Pekanbaru siap melakukan apa saja demi menjaga kemurnian dan efektivitas pemilu di masa yang akan datang.
Artikel ini ditulis oleh:
Ikhwan Nur Rahman