Arsip foto - Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato di Gedung Putih di Washington, D.C., Amerika Serikat (24/4/2023). ANTARA/Aaron Schwartz/Xinhua/tm.

Washington, aktual.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengirim dua pejabat tinggi urusan Timur Tengah ke kawasan tersebut di tengah spekulasi bahwa Iran akan segera membalas pembunuhan mantan pemimpin politik tertinggi Hamas bulan lalu di Teheran.

“Kami telah bekerja secara diplomatik dan militer untuk mencegah eskalasi lebih lanjut oleh Iran dan kelompok proksinya terhadap Israel, dan untuk mendukung deeskalasi perbatasan di kawasan itu,” kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre, Selasa (13/8).

Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengarahkan koordinator urusan Timur Tengah Biden, Brett McGurk, dan utusan khususnya, Amos Hochstein, untuk melakukan perjalanan ke kawasan tersebut.

McGurk akan mengunjungi Kairo sebelum berangkat ke Doha, Qatar, tempat perundingan gencatan senjata dijadwalkan akan dimulai pada Kamis.

Hochstein diutus ke Beirut, ibu kota Lebanon.

“Cara terbaik untuk mendorong penyelesaian adalah dengan melakukan ini secara diplomatik. Itu seperti yang telah Anda lihat dari upaya yang dilakukan presiden, tentu saja, dalam beberapa pekan terakhir,” kata Jean-Pierre.

“Sekarang, Anda melihat timnya akan berada di wilayah tersebut untuk melanjutkan upaya diplomatik ini,” ujarnya.

“Dan kami akan terus mengupayakan kesepakatan tentang sandera, dan gencatan senjata. Kami yakin itu adalah cara terbaik untuk terus mengupayakan deeskalasi dari ketegangan yang terjadi di Timur Tengah,” katanya lebih lanjut.

Hamas dan Iran menuding Israel melakukan pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh pada 31 Juli di wilayah Iran. Israel tidak membenarkan atau menolak bertanggung jawab atas pembunuhan itu.

Kelompok Lebanon, Hizbullah, juga diperkirakan akan melakukan pembalasan setelah Israel membunuh komandan senior Hizbullah Fuad Shukr dalam sebuah serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada 30 Juli.

Shukr dibunuh beberapa jam sebelum Haniyeh, sehingga membuat kawasan itu semakin tegang dan siaga untuk kemungkinan perang lebih luas.

Insiden-insiden itu terjadi di tengah serangan Israel yang terus berlangsung di Jalur Gaza hingga menewaskan hampir 40 ribu warga Palestina dalam pembantaian yang telah berlangsung selama 10 bulan.

Sementara itu, serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.139 orang.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain