Petugas kesehatan menyosialisasikan penyakit cacar monyet kepada masyarakat di Puskesmas Kedaung, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (1/11) (Sulthony Hasanuddin/foc/ANTARA.)

Jakarta, Aktual.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) vaksinasi cacar monyet atau Mpox hanya ditujukan untuk kelompok berisiko tinggi, seperti LSL (Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki ) serta individu yang kontak dengan penderita cacar monyet dalam dua minggu terakhir.

“Kelompok berisiko lainnya termasuk petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan spesimen virologi, terutama di daerah yang ada kasus Mpox, dan petugas kesehatan yang melakukan penanganan pada kasus Mpox,” kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (28/8).

Sementara itu kelompok anak-anak tidak termasuk dalam kelompok sasaran vaksinasi Mpox di Indonesia. Namun, katanya, petugas kesehatan yang melakukan penanganan kasus Mpox akan diberikan vaksin untuk memberi perlindungan dari tertularnya infeksi virus Mpox.

Dia menuturkan pemberian vaksin dan vaksinasi Mpox di Indonesia bersifat pencegahan. Saat ini, katanya, pemberian vaksinasi Mpox secara massal tidak direkomendasikan.

Merujuk Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Mpox (Monkeypox) oleh Kemenkes pada 2023, pemberian vaksinasi Mpox dalam situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC) masih bersifat komplemen terhadap pencegahan dan pengendalian utama, seperti surveilans, pelacakan kontak, isolasi, dan perawatan pasien.

“Salah satu kriteria penerima vaksin Mpox adalah individu yang pernah kontak dengan penderita Mpox (vaksinasi post exposure),” ucapnya.

“Namun orang yang pernah kontak ini belum tentu terinfeksi. Jadi, imunisasi Mpox masih bersifat pencegahan. Sedangkan bagi pasien yang sudah terinfeksi akan diberikan pengobatan yang sesuai,” katanya.

Lebih lanjut Prima mengatakan jenis vaksin Mpox yang digunakan di Indonesia adalah golongan Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN), yakni vaksin turunan smallpox generasi ke-3 yang bersifat non-replicating. Vaksin ini sudah mendapat rekomendasi WHO untuk digunakan saat wabah Mpox.

Untuk mengatasi wabah Mpox, pihaknya terus berupaya menyediakan vaksin MVA-BN. Namun ketersediaan vaksin saat ini masih terbatas, sehingga daerah yang telah melaporkan adanya kasus Mpox diprioritaskan terlebih dahulu.

“Vaksin Mpox saat ini terbatas dan digunakan pada sasaran prioritas di daerah yang dilaporkan adanya kasus. Lalu khusus di Bali, karena akan dilaksanakan pertemuan internasional (Indonesia Africa Forum pada 1-3 September 2024) di mana ada beberapa peserta dari daerah terjangkit, sehingga diperlukan adanya upaya mitigasi risiko untuk mencegah penularan Mpox,” katanya.

Berdasarkan laporan Perkembangan Situasi Penyakit Infeksi Emerging Minggu Epidemiologi ke-33 Tahun 2024 periode 11-17 Agustus 2024, lanjutnya,  jumlah kasus konfirmasi Mpox di Indonesia sepanjang 2022-2024 sebanyak 88 kasus yang tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Penyakit Mpox dapat dicegah dengan menghindari kontak fisik dengan seseorang yang menderita penyakit Mpox. Vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi dan diprioritaskan bagi orang yang berisiko. Vaksin yang tersedia saat ini memang generasi ke-2 dan ke-3 dari vaksin smallpox,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan