Serangan udara Israel di Lebanon telah memicu migrasi massal ribuan orang yang melarikan diri ke Suriah, sebuah negara yang sudah hancur akibat bertahun-tahun konflik. ANTARA/Anadolu/py

New york, Aktual.com – Mengingat kebutuhan kemanusiaan yang semakin parah di Lebanon, Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Lebanon Imran Riza pada Jumat (4/10) mengumumkan tambahan 2 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp15.394) dari Dana Kemanusiaan Lebanon guna mengatasi situasi yang memburuk di negara itu, menurut seorang juru bicara (jubir) PBB.

Dana baru tersebut, yang diberikan bersamaan dengan alokasi baru-baru ini senilai 10 juta dolar AS dari Dana Respons Darurat Pusat (Central Emergency Response Fund), akan menambah total alokasi menjadi 12 juta dolar AS sejauh ini, tutur Stephane Dujarric, jubir untuk Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, dalam sebuah konferensi pers harian.

Dujarric mengatakan bahwa di bidang kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat mengumumkan penerbangan pertama yang mengangkut pasokan medis WHO, yang cukup untuk merawat puluhan ribu orang yang terluka, sudah tiba di Beirut, Lebanon. Pengiriman pasokan medis WHO lainnya direncanakan akan kembali dilakukan pada Jumat dan beberapa hari mendatang.

Sementara itu, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan terus menyuarakan kekhawatiran akan keselamatan dan kesejahteraan warga sipil, di tengah meningkatnya serangan udara dan perintah pengungsian di negara tersebut.

Israel mengeluarkan perintah evakuasi di bagian selatan, termasuk untuk sejumlah area di atas Sungai Litani dan area-area seperti El-Buss, yang menjadi salah satu kamp pengungsi Palestina. Perintah tersebut memaksa banyak keluarga untuk mengungsi dari daerah yang sebelumnya dianggap lebih aman.

“Warga sipil di kedua sisi Garis Biru di Lebanon dan di Israel harus diizinkan hidup dalam kedamaian dan ketenangan,” kata Dujarric.

Daerah permukiman Beirut kembali menjadi sasaran serangan udara Israel yang intens pada malam hari, yang tampaknya melukai petugas penyelamat. Serangan juga terus berlanjut tanpa henti di wilayah-wilayah lain di Lebanon. “Dampak pada warga sipil akibat operasi ini benar-benar tidak dapat diterima,” ujar Dujarric.

“Sekjen sangat prihatin dengan meningkatnya jumlah korban sipil yang kita lihat di seluruh wilayah tersebut,” ungkapnya, seraya mendesak semua pihak untuk melakukan segala yang bisa dilakukan untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil serta memastikan warga sipil tak lagi berada dalam bahaya.

Dujarric mengatakan bahwa Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) melaporkan bahwa di wilayah operasi UNIFIL, mereka masih mengamati serangan udara yang intens dan bentrokan sengit. Baku tembak terjadi di Sektor Barat, khususnya Marun ar Ras, Yaroun, dan Bint Jbeil, serta di Sektor Timur, yang berfokus pada wilayah Khiam, Kafer Kila, dan El Adeisse.

“Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL tetap bertahan di posisinya meskipun berada dalam lingkungan yang berbahaya, sementara intensitas pertempuran menghambat pergerakan dan kemampuan mereka untuk melaksanakan seluruh tugas yang diamanatkan,” kata Dujarric.

Keamanan dan keselamatan pasukan penjaga perdamaian PBB “merupakan prioritas utama dan merupakan tanggung jawab bersama semua pihak,” tuturnya. Dujarric pun menambahkan bahwa UNIFIL menegaskan kembali seruannya untuk deeskalasi segera dan bagi para pihak terkait untuk segera mengakhiri pertikaian serta sepenuhnya melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan 1701.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan